Sothi
hotu,…
Jika
kita diminta memilih antara penderitaan dan kebahagiaan apakah ada yang memilih
untuk menderita? Pastinya anda memilih untuk bahagya. Di jaman sekerang
diistilahkan “hidup kaya raya, punya pasangan bintang korea, dan mati masuk surga.
Pilihan ini memang sangat mudah untuk anda jawab tapi sangat sulit untuk anda
memahaminya. Sangat sedikit yang memahami penderitaan dan kebahagiaan adalah
dua hal yang sebenarnya keadaan yang harus bisa kita taklukan. Untuk menaklukan
penderitaan kita juga harus menaklukan kebahagiaan, dan YM. Ajahn Chah
menjelaskan cara untuk menaklukan dua hal ini.
Kita
sebagai manusia tidak menginginkan penderitaan. Kita tidak ingin yang lain
selain kesenangan. Tetapi sesungguhnya, kesenangan merupakan penderitaan yang
halus, tidak kentara. Rasa sakit adalah penderitaan yang nyata. Sederhananya,
penderitaan dan kesenangan seperti seekor ular. Kepalanya adalah penderitaan,
ekornya adalah kesenangan. Di kepalanya terdapat racun. Mulutnya mengandung
racun. Jika kamu mendekati kepala si ular, ia akan menggigitmu. Jika kamu memegang
ekornya sepertinya aman-aman saja, tetapi apabila kamu tetap memegang ekornya
tanpa melepaskannya, ular tersebut akan berbalik dan menggigitmu juga. Hal ini
dikarenakan baik kepala ular maupun ekornya terdapat pada satu tubuh ular yang
sama.
Baik
kebahagiaan maupun kesedihan berasal dari sumber yang sama: kemelekatan dan
kegelapan batin. Itulah mengapa ada waktunya ketika kamu bahagia tetapi tetap
merasa gelisah dan tidak nyaman –bahkan ketika kamu telah memperoleh hal yang
kamu suka, seperti pencapaian materi, status, dan dipuji. Ketika kamu
memperoleh hal-hal ini kamu merasa senang, tetapi sebenarnya pikiranmu tidak
benar-benar damai karena ada kekhawatiran bahwa kamu akan kehilangan hal-hal
tersebut. Kamu takut sumber kesenangan ini akan menghilang. Ketakutan ini yang
menyebabkan kamu jauh dari kedamaian. Terkadang kamu ternyata benar-benar
kehilangan hal-hal ini dan saat itulah kamu menjadi sangat menderita. Ini
berarti bahwa bahkan apabila hal-hal ini membahagiakan, penderitaan berada
dibalik kebahagiaan tersebut. Kita hanya tidak menyadarinya. Sama seperti
ketika kita memegang seekor ular: Meskipun kita memegang ekornya, jika kita
tetap memegang ular tersebut tanpa melepaskannya, ular tersebut akan balik dan
menggigit kita.
Dengan
demikian, kepala ular dan ekor ular, kejahatan dan kebaikan: Inilah yang
membentuk sebuah lingkaran yang akan terus berputar. Itulah mengapa kesenangan
dan rasa sakit, baik dan buruk bukanlah sang jalan (menuju kesucian).
Sothi
hotu,…
No comments:
Post a Comment