HINDUISM
(Agama Hindu)
Part I
(Agama Hindu)
Part I
Oleh:
Khemanya
Suryawan (07.1.145)
Sayudi
(07.1.153)
Latar
Belakang
Pada era abad 21, agama Hindu bukanlah agama yang
asing dikalangan banyak masyarakat. Seperti kita ketahui sendiri, agama Hindu
adalah agama yang masih tetap eksis walaupun telah muncul sekitar 3000 tahun SM
yang lalu. Jika dihitung dengan abad sekitar 50 abad silam. Di indonesia
sendiri agama Hindu kurang begitu menjadi favorit dikalangan masyarakat
terutama setelah invasi agama islam di Indonesia. Di Indonesia, agama Hindu
termasuk ke dalam kelompok agama yang minoritas atau berskala kecil. Pulau Bali
tercatat ada sekitar 3,3 juta jiwa yang memeluk agama tersebut. Sangatlah kecil
dibandingkan dengan pemeluk agama Islam yang mencapai hampir setengah lebih
penduduk Indonesia. Akan tetapi walaupun termasuk kelompok minoritas para
pemeluk agama Hindu masih tetap bersemangat dalam menjalankan peribadatannya.
Sebenarnya
agama Hindu pada zaman India kuno sangatlah eksis, dia (agama Hindu) sangatlah
mendominasi pendduduk India waktu itu. Berawal dari kebudayaan lembah sungai
Indus yaitu kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro, munculah sekelompok orang yang
menganut ajaran ini. Bukannya tidak mengalami perubahan, agama Hindu setelah
melewati masa kejayaannya semakin lama semakin tergusur dengan adanya
kepercayaan-kepercayaan lain seperti munculnya Buddha dan Islam. Sebenarnya
apakah yang menyebabkan munculnya agama Hindu tersebut? Menurut Huston Smith dalam bukunya “The Religion of Man”, menyatakan bahwa
salah satu penyebab munculnya kepercayaan ini adalah adanya keinginan-
keinginan manusia. (Smith, 1985:16-31) Pertama adalah ingin supaya kita ada,
yaitu setiap manusia merasa bahwa meraka ingin selalu hidup dan tidak ingin
mengalami kematian. Kedua, ingin mengetahui/ingin sadar akan sesuatu yaitu
setiap manusia ingin selalu memenuhi rasa ingin tahu mereka walaupun kepuasan
akan sesuatu sangatlah sulit untuk diciptakan. Ketiga, menginginkan kebahagiaan,
manusia mana yang tidak ingin hidupnya bahagia, orang mana yang ingin hidupnya
dalam penderitaan, jadi setiap manusia yang dicari adalah kebahagiaan. Dari
alasan-alasan tersebut manusia mulai mencari jalan bagaimana agar
keinginan-keinginan tersebut dapat terpenuhi. Dari situlah muncul suatu konsep
kepercayaan yang disebut dengan konsep agama Hindu. Sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan agama Hindu? Bagaimanakah agama tersebut dapat berkembang? Dari
pertanyaan-pertanyaan itulah maka penulis akan mencoba menjelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan Hinduisme dan perkembangannya.
Origin and Development (asal
mula perkembangan)
Dalam agama Hindu kuno ada yang percaya dan ada yang
tidak tentang apa yang disebut Tuhan. Adanya pengaruh bangsa Aria di Utara
(ca.abad ke-XV-BC) yang menghasilkan bahasa Sansekerta berkembanglah dewa-dewi
(politheisme) yang merupakan personifikasi kekuatan-kekuatan alam seperti Agni
(dewi api), Indra (dewa langit/ perang) dan Varuna (dewa pengatur kosmis), kemudian
muncul konsep Trimurti yaitu dewa Brahman, Shiva dan Wishnu dan para dewinya
yaitu Saraswati, Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi Shakti adalah simbol kewanitaan.
Di samping dewa-dewi ini dikenal para perantara (avatar) seperti Rama dan
Krishna. Para penguasa/raja dianggap sebagai anak dewa. Krishna sering
dipersonifikasikan sebagai binatang Sapi (kultus Mother Goddes).
Dengan berkembangnya agama menjadi
Pantheisme-Mistisisme (kebatinan) maka konsep dewa-dewi berkembang menjadi
konsep Monisme mengenai keberadaan zat yang 'satu' (The One) yang disebut
Brahman yang mendasari semua keberadaan dan keberadaan zat yang satu itu dalam
diri manusia sebagai Atman. Pada
awal kedatangannya, bangsa Arya sangat kagum akan keindahan alam di daratan
India. Fenomena alam yang mereka lihat dianggap memiliki karakter seperti
manusia yang mana bisa melindungi, marah, mencintai, cemburu (antroporphopisme).
Kemudian mereka mulai melakukan pemujaan terhadap fenomena alam ini misalnya,
memuja gunung Himalaya, menyembah batu besar dan mengkuduskan pohon-pohon
tertentu (dinamisme). Fenomena alam dianggap memiliki kekuatan di luar
diri mereka. Ketika muncul halilintar, gunung meletus mereka menganggap bahwa
ini semacam ekspresi dari sesuatu yang berada diluar mereka. Ketidakmampuan
menanggapi fenomena alam memunculkan konsep persembahan yang disebut Yajña. Pada awalnya mereka memberikan
persembahan hasil bumi. Semakin komplek masalah yang dihadapi manusia maka
kerpercayaan akan benda-benda mati dan fenomena alam berubah wujud menjadi
pemujaan kepada banyak dewa (polyteisme). Mereka meningkatkan usaha
memberikan persembahan lebih untuk mendapatkan berkah lebih pula misalnya dengan korban kuda (asvamedha).
Setelah muncul konsep dewa, maka konsep kasta yang pada awalnya berawal dari
tradisi korban juga mengalami perubahan. Pada tahap ini konsep kasta dianggap
ciptaan dewa. Dalam Dharmasastra dituliskan seluruh konteks kehidupan
tradisi Brahmanisme. Ritual-ritual dan tata cara sosial dari tiga kasta tinggi
yaitu brahman, ksatria, vaisya diformulasikan secara teliti berdasarkan
praktek-praktek abadi yang diduga berasal dari ajaran Sang Pencipta sendiri. Perkembangan selanjutnya manusia mulai memuja dewa-dewa
tertentu pada saat-saat tertentu. Mereka mulai memilah-milah dewa yang dipuja,
dimana ada satu dewa yang diprioritaskan dalam pemujaan tetapi buka berarti
melupakan dewa yang lain (favoritisme/henoteisme). Paham monoteisme
berkembang kemudian
setelah manusia memiliki keyakinan akan adanya tuhan pencipta (pajapati)
dan pada akhirnya bangsa Arya meyakini satu kekuatan yang menjadi sumber dari
segala sesuatu (monisme) yaitu maha atman/jagat atman (roh universal)
serta ada pudgala atman (roh individu). Sebagaimana tujuan hidup keempat dalam
tradisi Brahmanisme adalah moksa yaitu penyatuan pudgala atman dengan maha
atman, maka cara yang dilakukan adalah dengan mempraktekkan Yoga.
•
Kebudayaan lembah Indus (kebudayaan harappa dan
mohenjodaro (2500-1500 SM))
Kebudayaan
Harappa dan Mohenjodaro di lembah sungai Indus merupakan awal mula adanya agama
Hindu. Kondisi masyarakat pada saat itu sudah sangat maju, banyak para ahli
mengatakan bahwa kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro adalah bukti kejayaan suatu
sistim masyarakat pada zaman dahulu. Masyarakat sudah mengenal tata letak
perkotaan, irigasi (saluran pembuangan air yang baik), sistim masyarakat yang
terorganisir, dsb. Diperkirakan pada zaman ini manusia sudah mengenal
kepercayaan. Di sini juga awal munculnya agama Hindu. Hal ini dibuktikan dengan
berbagai bukti-bukti sejarah mengenai tradisi-tradisi waktu itu, seperti
patung, tempat pemujaan, perkakas, dsb.
•
Bangsa Arya (1500 SM)
Bangsa
Arya muncul di India sekitar 1500 tahun sebelum masehi. Mereka datang dari
daratan barat ke India dengan status pendatang. Pertama kali datang di India,
mereka sangat terkagum dengan kondisi masyarakat setempat yang sudah sangat
maju. Lambat laun orang-rang Arya mulai berpikir bagaimana agar dapat berkuasa
di India dan menjdaikan bangsa asli sebagai budak mereka. Pertama kali yang
dilakukan oleh mereka adalah menularakan kebiasaan-kebiasaan dan ajaran-ajaran
yang mereka punya kepada bangsa setempat. Mereka menularakan konsep kepercayaan
yang mereka punya. Karena mereka merasa itu semua belum berhasil menggulingkan
kebudayaan masyarakat setempat, akhirnya bangsa Arya mencoba dengan sistim
kasta. Sistim kasta merupakan sistim yang dipakai oleh bangsa Arya untuk mengelompokan sekaligus membedakan antara
bangsa asli dengan bangsa Arya dan cenderung lebih mengunggulkan kedudukan
bangsa Arya. Ada empat kasta yang dipakai oleh mereka, yaitu: Kasta Brahmana,
Ksatria, Waisya, dan Sudra. Penduduk asli diletakan di kasta yang paling rendah
yaitu kasta Sudra, yang mana dalam kasta tersebut orang-orangnya tidak boleh
berhubungan dengan kasta lain, dan mereka tercipta dan ditakdirkan sebagai seorang
budak/pembantu. Selain hal
tersebut, bangsa Arya juga menularkan ajaran mengenai konsep dewa dan
pengorbanan. Konsep ini merupakan suatu ajaran yang mana manusia
diwajibkan untuk melaksanakan upacara pengorbanan kepada para dewa yang mereka
percayai. Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka semakin besar pula.
•
Zaman Veda (1000 SM)
Zaman veda atau Vedics gods (deva),
merupakan kelanjutan dari zaman Arya dan zaman Mohenjodaro dan Harappa. Dalam
zaman ini, manusia sudah mulai mengnal adanya dewa-dewa. Contohnya adalah Agni (Api), Soma, Indra, Varuna, Rudra, Vishnu, surya,
dan Rakshas (demons).
•
Munculnya Konsep Maha-Atman
Munculnya konsep maha Atman seperti dijelaskan
sebelumnya tidak lepas dari kebudayaan masyarakat pada waktu itu. Konsep
tersebut muncul melalui bebrapa fase. Fase atau tahap-tahap tersebut yaitu:
-
Belum
mengenal agama, pada fase ini manusia belum mempunyai agama secara
terorganisir, mereka hanya sekedar melakukan ritual-ritual yang bersifat
pemujaan.
-
Terkagum
dengan fenomena alam, disini manusia mulai terkagum dengan kejadian-kejadian
alam yang muncul.
-
Menganggap
fenomena tersebut seperti manusia (antroporphophisme)
-
Polyteisme
( fenomena seperti dewa ), setelah menganggap suatu kejadian/fenomena bersifat
seperti manusia, disini hal tersebut sudah mulai disamakan dengan dewa. Dengan
melakukan sesajian, maka dewa akan
semakin menyayangi mereka dan memberikan apa yang mereka inginkan.
-
Favoritisme/henothisme
(menyembah dewa tertentu pada waktu tertentu)
-
Monotheisme
(menyembah 1 dewa yang dianggap
segalanya)
-
Monisme/pantheisme
(adanya satu kekuatan yang menjadi sumber dari segala sesuatu= maha-Atman)
Transition to Hinduism (Peralihan
ke Agama Hindu)
Setalah zaman veda berakhir, kemudian muncul zaman Hindu.
Dizaman ini manusia sudah mengenal agama secara terorganisir. Mereka sudah
mempunyai satu kepercayaan yang mereka anggap sebagai jalan untuk mencapai
cita-cita. Di zaman ini, manusia sudah mengenal tentang konsep penyatuan.
Konsep penyatuan adalah konsep bersatunya jiwa manusia ke tuhan. Dalam istilah
lain konsep ini disebut sebagai konsep terpisahnya jiwa dengan tubuh (jasmani),
yang kemudian jiwa akan bergabung dengan tuhan. Di zaman ini konsep tentang
adanya tuhan atau satu kekuatan yang mengatur segala sesuatu sudah dikenal.
Mereka memuja hal tersebut dengan berbagai hal, namun kebanyakan dar mereka
memuja dengan cara upacara-upacara. Dalam konsep penyatuan disini, mereka
mempercayai adanya satu kekuatan yang luar biasa diluar kemampuan berpikir
manusia. Mereka menyebutnya sebagai maha atma atau brahman atau tuhan. Tuhan disini
dianggap yang paling superior, yang paling berpegaruh, pencipta segala sesuatu,
pengatur segala sesuatu, dan sebagainya.agar dapt bersatu dengan maha atman,
mereka harus memisahkan jiwa dengan tubuh. Prinsip mereka adalah jiwa tidak
sama dengan tubuh dan tubuh dianggap sebagai penghalang untuk dapt bersatu
dengan maha atman.
The Sacrificial System (upacara
pengorbanan = yajna)
Upacara
pengorbana merupakan upacara yang paling utama pada masa ini. Tujuan dari melaksanakan
upacara ini adalah memohon keselamatan, rejeki, dan lain sebagainya guna
kepentingan kelangsungan hidup mereka. Disini juga dibahas mengenai konsekuensi
jika tidak melakukan upacara tersebut. Bagi mereka yang tidak melaksanakannya
mereka akan dekat dengan bahaya dan tidak di terima oleh tuhan jika setelah
meninggalkan dunia. Ada syarat-syarat untuk melaksanakan upaca ini yaitu
upacara harus dipimpin oleh pendeta, karena pendeta merupakan orang yang
dianggap dekat dengan tuhan dan pendeta adalah orang yang bisa melakukan
prosedur dan juga mengerti tentang cara-cara berkorban agar dapat diterima oleh
tuhan mereka. Upacara ini ditujukan kepada tuhan mereka yang sering disebut
sebagai Brahman. Jika mereka rajin melakukan korban, maka tuhan akan memberkahi
mereka. Dizaman ini upacara tersebut merupakan upacara yang wajib dijalankan.
Agama-agama
yang Muncul
Jainism, Jainisme atau agama jaina muncul sekitar 500 SM bersamaan dengan
Buddhism. Agama ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin kompleksnya pemikiran
manusia pada saat itu. Dari hal tersebut maka mulai muncul pemikiran pemikiran
baru beserta para pemikirnya yang kemudian muncul suatu ajran yang disebut
dengan agama jaina. Dalam agama ini, ajaran yang disuguhkan adalah cara
terbebas dari lingkaran samsara dengan jalan memisahkan jiwa dengan tubuh
dengan cara menyiksa diri atau sering dikenal dengan nama sramanaisme. Untuk
dapat mencapai pembebasan, hal pertama yang diajarkan adalah mengenai perbedaan
antara tubuh dengan jiwa, mereka mengajarakan bahwa tubuh tidak sama dengan
jiwa dan tubuh dianggap sebagai
penghalang untuk mencapai pembebasan. Tubuh dianggap kotor, sehingga perlu
dimusnahkan dengan jalan menyiksa diri/menghancurkan tubuh.
Merka mengajarkan bahwa manusia terbentuk dari dua hal yaitu jiwa dan zat-zat
pembentuk tubuh. Disini juga mengajarkan mengenai hal yang dapat membantu untuk
mencapai pembebasan, yaitu dengan
right belief (keyakinan benar), knowledge (pengetahuan), conduct
(tingkah laku), pure soul (jiwa yang bersih/murni) maka dapat terbebas
dari zat (matter/rupa) dan mencapai pembebasan.
Classic Hinduism, Setelah sekitar 500 SM, masa Vedic religion berganti
menjadi masa Hinduism. Agama Hindu mulai mendapat tempat
di India. Agam ini muncul dari keinginan untuk memperbaharui ajaran yang sudah
ada yang dianggap sudah tidak relevan dan kurang berpengaruh. Disini
ajaran-ajaran yang sudah ada ditambah dengan ajran-ajran baru akan tetapi
konsep mengenai pembebasan masih sama dengan agama sebelumnya. Disini ditambah
ajran-ajaran yang lebih bersifat melengkapi diantaranyta adalah dimunculkan
ajaran mengenai doktrin dan
ide baru tentang adanya samsara, moksha, karma, dan brahma. Ajaran
ini menolak tentang ajaran dari Jainism dan Buddhism, akan tetapi mereka tidak
menolak ajaran mengenai bhakti
terhadap tuhan, vedics gods, dan dharma sebagai jalan hidup dan untuk mengatur
tingkah laku.
Upanishad, ajaran ini menyuguhkan konsep tentang mikro dan makro
kosmos. Mikro kosmos sring disebut sebagai atman atau manusia sedangkan makro
kosmos adalah tuhan atau maha atman atau Brahman. Ajaran ini membahas mengenai
moksha atau penyatuan dengan maha atman. Cara penyatuan dengan maha atman
disini dilakukan dengan cara jnana (pengetahuan) dan juga dengan upacra
pengorbanan.
Kedatangan islam setelah 1200 M di India Utara, ketika
semua agama hidup berdampingan tanpa suatu masalah yang serius, munculah agama
Islam. Agam ini muncul di India bisa dikatakan sebagi malapetaka bagi
agama-agama sebelumnya yang pernah ada di India. Hal itu disebabkan karena
agama islam datang dengan kekerasan dan banyak unsur pemaksaan didalamnya. Ini
dibuktikan dengan adanya perusakan
terhadap candi-candi Hindu dan Buddha, gambar-gambar, sekolah-sekolah agama,
membunuh dan membubarkan para bhikkhu dan pendeta. Hal ini dilakukan oleh Islam
agar ajaran mereka dapat diterima oleh msyarakat setempat. Mereka
menyadari bahwa sangat sulit untuk memasukan ajran mereka karena ajran yang
telah dianut oleh penduduk setempat sangatlah berbeda dengan ajaran mereka,
sehingga merek amau melakukan segala cara agar ajaran merek adapat diterima.
Banyak peperangan terjadi pada masa ini. Setelah Islam berkuasa, agama lain
mulai tersisihkan. Dalam suatu kesempatan agama Buddha mulai merapat ke agama Hindu.
Seiring dengan hal tersebut di intern Hindu sendiri terjadi perang saudara yang
menguntungkan pihak Islam untuk memperluas jajahannya. Sejak saat itu Islam berkembang
pesat di India.
Sikhism, agama ini muncul sebagai reaksi dari adanya intervensi Isla di India.
Agama ini dicetus oleh Baba Nanak. Ia mengajarkan tentang bagaiman terbebas
dari samsara. Agar dapat terbebas dari samsara, ia mengajarkan bahwa siapa saja
yang memuja tuhan maka mereka akan terbebas dari samsara dan mencapai
pembebasan. Penganut Sikhism sendiri adalah campuran antara Hindu
transmigrasion dan islamic monotheism.
Akan
tetapi para penganut agama in mulai melancarkan pemberontakan kepada Islam.
Pemberontakan ini dipimpin langsung oleh Baba Nanak. Peperangan ini dikenal
dengan perang antara Baba nanak dengan Manusia berserban putih. Akan tetapi
akhirnya Baba Nanak tewas dan pemberontakannya dapat diredam oleh Islam.
Modern Hinduism, disini agma Hindu
sudah terkontaminasi oleh ajran Kristiani. Hindu disini sudah berbeda dengan Hindu
sebelumnya baik dibidang politik, ekonomi, maupun budaya. Hindu disini
cenderung dipengaruhi oleh pengetahuan dari barat. Disini munculseorang pemikir
baru yang bernama Mahatma
Ghandi. Ia membuat ajaran Hindu lebih bersifat social dan demokratis. Ia
menanamkan sifat-sifat yang demokratis kepada para pengikutnya, ia juga lebih
mngedepankan hal-hal yang bersifat social.
The scriptures of Hinduism (kitab
Hindu)
kitab Hindu
terbagi menjadi dua bagian penting yaitu:
1.
Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab
Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya
Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad
terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan
Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad
berjumlah sekitar 108 buah.
2.
Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab
Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang
ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab
tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum,
sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang
terdapat dalam kitab Sruti.
Syair Kepahlawanan
Dalam
Hindu terdapat dua syair kepahlawanan. Kedua syair itu adalah Mahabbarata dan Ramayana. Pada kedua syair itu terdapat tokoh
yang paling penting,
yatu karakter avatar
(renkarnasi) dari dewa Wisnu; Krishna dalam Mahabbarata dan Rama dalam Ramayana. Di atas
segalanya, makna dari kedua syair kepahlawanan ini adalah drama konflik antara baik dan jahat. Kedua
syair ini sangat dikenal oleh semua penganut Hindu dan orang-orang di Asia
yang terutama Asia Tenggara
karena sudah menjadi budaya.
Mahabharata
Dan Bhagawad Gita
Mahabbarata secara
keseluruhan tidak begitu dikenal, namun yang jelas kisah itu disebut Weda kelima. Isi kitab ini mencakup berbagai macam kegiatan dan topic
yang panjang dan
rumit.
Kitab ini berisi crita yang menggambarkan
latar belakang, kesempatan, pertempuran puncak, dan akhir perang antara dua bangsa Hindu kuno, yaitu
Korawa dan Pandawa, yang
akhirnya kemenangan diraih oleh Pandawa.
Bagian yang dikenal sebagai
Bhagavad Gita atau "lagu Tuhan", yang dikenal juga
sebagai kitab Sastra yang paling dikenal dan dicintai penganut
Hindu.
Kitab ini disebut juga
Injil Kresna, di mana dalam kisah kepahlawanan ini Arjuna di nasehati dan dibantu Krishna, yang dinyatakan dalam kemuliaan
yang menunjukkan kesetiaan. Kesetiaan dalam tujuan dan bentuk ini dapat
dibandingkan dengan teori dan pemahaman kaum Upanishad yang juga memahami
teori pengabdian di
mana wawasan dan kebenaran dari kaum Upanishad. Substansi kitab ini berhubungan dengan aksi dan kata-kata Arjuna dan
Kresna.
Cerita dalam kitab ini
adalah bagian awal dari pertempuran besar, ketika kedua pasukan saling
berhadapan. Pemimpin para Pandawa adalah Arjuna dan Krishna. Pemimpin Korawa adalah Sanjaya dari Dhritarasthtra. Di dalam kitab ini juga
menjelaskan cara untuk
Moksha adalah terbuka untuk semua kasta. Dalam terjemahan Eliot Deutsch,
Dretarastra berbicara: “what did the sons of Pandu
and my men do, O
Sanjaya, when, eager to fight, they gathered together on the field of
righteousness, the Kuru field.”
Mula-mula Arjuna begitu
sedih karena memikirkan perang saudara, ia berkata pada Kresna dia tidak bisa melawan. Dalam
percakapan itu Kresna menasehati Arjuna agar mengikuti dbarma
(kewajiban) sebagai prajurit dalam mengatur pertempuran. Kresna menasehati arjuna agar mengabaikan perasaan kasihan pada musuh penindas. Arjuna diingatkan pada
berartinya kematian dan
kehidupan dalam menghadapi keabadian roh:
Ia yang berpikir bahwa ini
(jiwa) adalah seorang pembunuh, dan ia yang berpikir bahwa ini (jiwa) adalah
dibunuh; kedua dari mereka tidak mengetahui. Ini (jiwa) tidak membunuh tidak pula dibunuh. Ini (jiwa) tidak pernah dilahirkan,
dan juga tidak mati, dan
tidak pernah memiliki, akan kembali lagi menjadi. Ini tidak dilahirkan, kekal
dan abadi. Jiwa ini
satu, tidak disembelih ketika tubuh dibunuh. Dalam dialog
berikutnya Kresna menjelaskan tentang tindakan: Anda bertanggung jawab atas tindakan
tetapi tidak untuk hasilnya.
Syair
kepahlawanan besar lainnya
adalah Ramayana, yang mengutamakan kisah tentang avatar (titisan) Wisnu, yaitu Rama. Ramayana adalah kisah yang lebih sederhana dari Mahabbarata, baik dalam
maknanya dan kisahnya. Panjang syair Ramayana seperempat dari Mahabbarata. Hal ini dilihat dari kisah Rama dan istrinya Sinta, yang didukung oleh saudara setia Rama yaitu
Laksmana. Dalam
isinya diceritakan Rama menyerahkan mahkota kepada orang lain. Raja yang berkuasa itu berkuasa selama 14 tahun, dan Rama secara sukarela pergi ke pengasingan. Cerita
selanjutnya mengisahkan Raja
setan Rahwana yang menculik
Sita dan memenjarakannya di istananya. Dengan bantuan Sugriwa
dan raja
kera Hanuman, Rama menaklukan Rahwana dan menyelamatkan sita. Crita
selanjutnya kekuasaan dikembalikan
ke Rama
yang lulus tes kebajikan
menemukan sita yang setia. Dalam syair ini Rama dan Sita adalah gambaran pria dan wanita ideal dalam kebudayaan Hindu. Rama yang dipuja sebagai perwujudan dari kebenaran
atau dharma dalam kemenangan melawan kejahatan di semua tingkat. Syair
Ramayana
ini sangat populer di
seluruh India dan sekitarnya dalam bentuk dan variasi yang tak terhitung jumlahnya.
Purana
Purana adalah tulisan suci Hindu
yang terdiri
dari 18 topik Purana. Awalnya Purana muncul sebagai ekspansi dan eksplorasi dari ajaran
Weda bagi penganutnya, isinya mengandung mitologi, kosmogoni, dan silsilah para dewa dan dinasti. Kisahnya
dilatarbelakngi ketika
mereka mendaapat bermacam-macam informasi tentang tempat-tempat ziarah
dan jenis ibadah.
Penjelasan
tantang hal itu kurang dijelaskan dalam kitab agama Hindu. Bhagavata
Purana yaitu sekitar abad kesembilan Masehi, isinya memuliakan Wisnu dan Siwa hal
ini sesuai dengan
Sambita Suta.
Shastra
Dharma
Yang dimaksud dharma adalah hukum atau perilaku dan moralitas.
Konsep ini muncul pertama
kali pada periode epik
sekitar zaman Kristus. Risalah utama adalah Hukum Manu
dan Kautilya Artha-Shastra. Yang
pertama adalah eksposisi paling otoritatif dari hukum adat, tidak hanya berurusan dengan agama tetapi
juga politik. Risalah Kautilya
dikhususkan untuk administrasi ketatanegaraan, baik teori ataupun praktek, terutama untuk monarki.
Literatur Populer
Dan Sektarian
Sastra populer banyak
muncul, semuanya
berpusat di sekitar Siwa,
Wisnu, atau Dewi-dewi, dan dalam beberapa hal berhubungan dengan sekolah filosofis. Sebutan modern dari Purana
ini adalah kitab suci agama
sektarian. Isinya adalah berbagai karya didaktik dalam bahasa Inggris yang mulai
dipublikasikan pada abad kesembilan belas, yaitu kebangkitan kembali agama Hindu.
Ajaran
Hindu tentang Perbedaan
Dalam Kesatuan
Kesatuan dalam
agama Hindu
menunjukkan keyakinan fundamental yang terlihat
dalam sejarah dan sastra.
Hal itu merupakan kelebihan dari
realitas spiritual yang dijadikan sebagai salah satu sifat utama dari
seluruh alam. Hal
itu adalah karakteristik yang
unik agama
Hindu, dalam segala bentuk, tingkat, daerah dan bentuk dari semua aspek agama. Di daerah teoritis atau
doktrinal hal itu adalah yang terpenting dari semua kesatuan rohani dan semua fenomena yang terdapat juga dalam semua sistem pemikiran ataupun segala bentuk kepercayaan. Secara
eksplisit, hal itu terdapat dalam literatur dan sistem pemikiran hingga zaman
modern.
Brahman
Adalah
Mutlak: Brahman-Atman Adalah
Sama
Sebuah perangkat tatabahasa
yang berguna untuk
menemukan perbedaan
antara satu pribadi Allah dari Alkitab dengan realitas pemikiran yang paling impersonal di India. Artikel pasti "itu" yang digunakan sebelum "Brahman"
membantu untuk menjelaskan realitas Brahman menjadi Hindu. Beberapa sarjana
India mengatakan kata “Brahman” bukan nama yang tepat, karena kata itu
berarti mutlak. Secara etimologis berarti 'pernah-tumbuh' (brh = untuk tumbuh, untuk memperluas). Karena
alasan ini perlu
kata yang dapat
mendefinisikan kata Mutlak
dengan tepat. "Ada
beberapa yang menafsirkan sama antara Brahman, Atma atau Self, tetapi semua yang ditafsirkan itu
baik “Brahman-Atman” sebenarnya adalah sama.
Brahman
Semua
tujuan penganut Hindu
adalah menjadi mutlak, semuanya bersifat pribadi, impersonal, segalanya, merah,
hijau, baik, buruk, dunia, adalah kekosongan. Dalam Upanisad Svetasvatara versi puisi dikatakan:
Engkau wanita, Engkau
manusia,
Engkau pemuda, sesungguhnya
Engkau-gadis,
Engkaulah laki-laki tua
tertatih-tatih dengan tongkatnya;
Facest Engkau di mana-mana.
Engkau kakaktua hijau dengan
mata merah.
Sesungguhnya Engkau-awan
petir, musim,
lautan.
Arti
puisi itu seperti sebuah susunan yang tampaknya kontradiktif yang dapat menyarankan kita tentang kompleksitas dan kesulitan dari kehidupan. Pertama kita mulai dengan realitas tertinggi sebagai satu
kesatuan yang impersonal,
yaitu Brahman. Dalam
Veda tugas pertama
yang harus dicari
adalah persatuan dengan
Brahman. Seperti
dikutip dalam Rig Veda 1. 164, 46: "mereka memanggilnya Indra,
Mitra, Varuna, Agni dan ia adalah Garutman, makhluk surgawi yang bersayap. Untuk apa orang-orang bijak memberi banyak gelar
seperti Agni, Yama,
Matarishvan padahal mereka adalah satu. “Rasa yang terakhir, keunggulan, yang tak terlukiskan, memberikan kepada
semua teologi Hindu yang mengenal paham mistisisme, dan membuat pemahaman
bahwa Brahman nyata, meskipun akhirnya diketahui Brahman
adalah sangat
transenden. Brahman adalah sosok yang paling sebenarnya, tidak dapat dihindari (tidak terelakkan) dalam
semua pengalaman di dunia. Gagasan utama makhluk impersonal yang menjadi
sumber atau yang tidak berubah, yang tersisa saat semua berubah,
hal itu tidak aneh di India, tapi gagasan dasar itu telah diuraikan secara lebih lengkap, dan kemudian
dimasukkan dalam filsafat Hindu di tempat lain. Paradoks yang tidak dihindari,
tetapi menegaskan: " semua pandangan mengungkapkan ketidakberadaan”.
Konsep
paradoksal,
mutlak, impersonal, dan
kesatuan Brahman muncul dalam Weda di zaman Upanisad yang diuraikan oleh Shankara. Walaupun Brahman tidak
dijelaskan, tapi
ada beberapa unsur umum dalam tulisan, ditemukan penjelasan bahwa hidup dan kematian bukanlah
akhir, karena dunia selalu berubah dan tidak nyata. Penjelasan
itu seprti nasehat Krishna
kepada Arjuna, yaitu:
Jika pembunuh berpikir untuk
membunuh,
Jika berpikir sendiri tewas
dibunuh,
Kedua ini tidak dapat
mengerti.
Jiwa
ini tidak
membunuh, dan tidak
dibunuh.
Oleh karena itu, sejauh
pengetahuan sejati tidak hadir sendiri, ada alasan mengapa pendidikan dan kegiatan keagamaan lebih baik agar tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran yang mengganggu.
Hal
itu karena" Brahman
adalah realitas penting, dan di antara perbedaan fenomena semuanya terdapat aspek-aspek absolut.
Nirguna
Dan Saguna Brahman Masa
Upanisad Dalam
Bṛhadāraṇyaka
Penjelasan
dalam Upanisad sering dikatakan sisi negatif Brahman tidak dapat diketahui, apa yang
disebut Nirguna Brahman, atau Brahman tanpa atribut neti. Hal itu tidak dapat diidentifikasi secara spesifik, karena melampaui dan meliputi segala
sesuatu. Tentang
Brahman bisa
saja benar dengan
atribut Saguna Brahman,
karena hal itu adalah dogma terpenting Veda (untuk Nirguna
Brahman, merujuk pada Saguna pertama dan kedua.)
Brahman dijelaskan
dalam dua bentuk. Pertama sebagai kualifikasi kondisi yang
disebabkan oleh beraneka
ragamnya pembatasan dari evolusi nama dan bentuk (yaitu, beraneka ragamnya dunia ciptaan). Kedua sebagai lawan dari penjadian, yaitu bebas dari segala kondisi batasan
apapun.
Selain itu ada yang menganggap Brahman
sebagai kosmik murni yang menjadi esensialitas melampaui baik dan jahat.
Atman
Kita harus menekankan apa yang terpenting dari pemikiran Hindu, yaitu doktrin bahwa dunia dan jiwa manusia adalah satu.
Kebanyakan agama menganggap bahwa ada suatu hubungan, antara jiwa dan Tuhan,
yaitu jiwa adalah apa yang menghubungkan manusia kepada Tuhan. Dalam Hinduisme, hubungan ini adalah dasar
yang baik dalam
teori filosofis dan praktik keagamaan, untuk alasan yang berbeda daripada para
pemikir Barat. Di Barat, jiwa selalu diartikan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, sehingga terpisah dari tuhan dan tunduk kepada Tuhan. Di India Tuhan dan jiwa manusia berada pada tingkat
yang sama, alam yang sama, karena pada dasarnya adalah satu. Mengutip dalam Hindu Upanishad Bṛhadāraṇyaka berkata, "Abam Brabma asami," "Aku adalah
Brahman," maksudnya adalah, "Aku adalah Allah." Para brahmana di India sering berkomentar, "Bagaimanapun juga, Akulah
Tuhan." Pernyataan itu mengejutkan bagi orang Barat, apalagi orang yang menganut Kristen, atau Muslim tidak akan pernah untuk mengatakan pernyataan seperti itu. Pernyataan para brahmana yang
seperti itu maksudnya berkaitan dengan tujuan agama Hindu, yaitu perwujudan dari kesatuan
dengan Brahman. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam kisah kuno tentang
penjelasan tentang realitas alam dalam percakapan Svetaketu dengan ayahnya dalam Chāndogya.
Kisah
Svetaketu adalah
kisah Brahmana muda yang
sombong setelah belajar 12
tahun pada gurunya. Tetapi ayahnya menunjukkan kepadanya bahwa
dia tidak memiliki pengetahuan "yang kita tahu tidak bisa diketahui."
Sang ayah, Uddalaka, menceritakan kepadanya tentang keberadaan yang
Satu pada alam semesta yang
diproyeksikan dari dirinya sendiri dan dimasukkan ke dalam setiap makhluk.
"Semua yang memiliki diri ini adalah esensi halus, Ia adalah diri sendiri. Dijelaskan seperti air, tidak diketahui bahwa mereka adalah satu meskipun aliran sungai itu
dari Timur atau Barat. Dijelaskan juga, ada sesuatu yang halus yang menyatu dengan esensi dunia,
seperti esensi yang tak terlihat dari biji pohon ara yang
melahirkan pohon dan untuk
segala sesuatu; sebagai garam yang dilarutkan dalam air
yang ada adalah rasa, sehingga
keberadaan Brahman adalah dalam tubuh. Ilustrasi lain sama yaitu tat
tvam asi, "bahwa
engkau."
Ajaran ini sangat
mendasar bagi intelektual Hindu
dan untuk ajaran yang populer dalam Hindu adalah bhakti, atau
jalan pengabdian. Tema ini dinyatakan dalam berbagai bentuk dan variasi dalam
Upanishad yang
kemudian masuk ke dalam agama Hindu sebagai salah satu dari kebenaran-kebenaran
yang begitu mendasar, tetapi setiap orang menerimanya tanpa pertanyaan.
Brahman-Atman adalah satu dan tak terpisahkan, dua aspek dari satu realitas.
Seperti Brahman, satu Tuhan adalah semua yang objektif dan realitas transenden,
sementara Atman
atau diri adalah pribadi Allah dalam realitas subjektif kesadaran dan kepribadian. Dalam istilah Barat kepercayaan
ini adalah panteisme;
yaitu suatu ide yang
menjelaskan dan mencakup
semua hal, dan semua adalah Tuhan (teisme) atau tuhan adalah semua.
Final Remark
Dari pembahasan tersebut, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwasanya agama Hindu muncul dan berkembang di India memerlukan
proses yang sangat panjang dan rumit. Agma Hindu muncul berkaitan dengan adanya
kebudayaan yang muncul sebelumnya. Agama Hindu merupakan agama yang muncul dari
konsep adanya Atman dan Maha-Atman. Agama Hindu sendiri mengajarkan tentang
cara terbebas dari samsara, yaitu melalui jalan moksha.
====================000123000==================
No comments:
Post a Comment