Tuesday 26 June 2012

HINDUISM (Agama Hindu)


HINDUISM
(Agama Hindu)
Part I


 
Oleh:
Khemanya Suryawan (07.1.145)
Sayudi (07.1.153)


Latar Belakang
            Pada era abad 21, agama Hindu bukanlah agama yang asing dikalangan banyak masyarakat. Seperti kita ketahui sendiri, agama Hindu adalah agama yang masih tetap eksis walaupun telah muncul sekitar 3000 tahun SM yang lalu. Jika dihitung dengan abad sekitar 50 abad silam. Di indonesia sendiri agama Hindu kurang begitu menjadi favorit dikalangan masyarakat terutama setelah invasi agama islam di Indonesia. Di Indonesia, agama Hindu termasuk ke dalam kelompok agama yang minoritas atau berskala kecil. Pulau Bali tercatat ada sekitar 3,3 juta jiwa yang memeluk agama tersebut. Sangatlah kecil dibandingkan dengan pemeluk agama Islam yang mencapai hampir setengah lebih penduduk Indonesia. Akan tetapi walaupun termasuk kelompok minoritas para pemeluk agama Hindu masih tetap bersemangat dalam menjalankan peribadatannya.
            Sebenarnya agama Hindu pada zaman India kuno sangatlah eksis, dia (agama Hindu) sangatlah mendominasi pendduduk India waktu itu. Berawal dari kebudayaan lembah sungai Indus yaitu kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro, munculah sekelompok orang yang menganut ajaran ini. Bukannya tidak mengalami perubahan, agama Hindu setelah melewati masa kejayaannya semakin lama semakin tergusur dengan adanya kepercayaan-kepercayaan lain seperti munculnya Buddha dan Islam. Sebenarnya apakah yang menyebabkan munculnya agama Hindu tersebut? Menurut Huston Smith dalam bukunya “The Religion of Man”, menyatakan bahwa salah satu penyebab munculnya kepercayaan ini adalah adanya keinginan- keinginan manusia. (Smith, 1985:16-31) Pertama adalah ingin supaya kita ada, yaitu setiap manusia merasa bahwa meraka ingin selalu hidup dan tidak ingin mengalami kematian. Kedua, ingin mengetahui/ingin sadar akan sesuatu yaitu setiap manusia ingin selalu memenuhi rasa ingin tahu mereka walaupun kepuasan akan sesuatu sangatlah sulit untuk diciptakan. Ketiga, menginginkan kebahagiaan, manusia mana yang tidak ingin hidupnya bahagia, orang mana yang ingin hidupnya dalam penderitaan, jadi setiap manusia yang dicari adalah kebahagiaan. Dari alasan-alasan tersebut manusia mulai mencari jalan bagaimana agar keinginan-keinginan tersebut dapat terpenuhi. Dari situlah muncul suatu konsep kepercayaan yang disebut dengan konsep agama Hindu. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan agama Hindu? Bagaimanakah agama tersebut dapat berkembang? Dari pertanyaan-pertanyaan itulah maka penulis akan mencoba menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan Hinduisme dan perkembangannya.

Origin and Development (asal mula perkembangan)
Dalam agama Hindu kuno ada yang percaya dan ada yang tidak tentang apa yang disebut Tuhan. Adanya pengaruh bangsa Aria di Utara (ca.abad ke-XV-BC) yang menghasilkan bahasa Sansekerta berkembanglah dewa-dewi (politheisme) yang merupakan personifikasi kekuatan-kekuatan alam seperti Agni (dewi api), Indra (dewa langit/ perang) dan Varuna (dewa pengatur kosmis), kemudian muncul konsep Trimurti yaitu dewa Brahman, Shiva dan Wishnu dan para dewinya yaitu Saraswati, Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi Shakti adalah simbol kewanitaan. Di samping dewa-dewi ini dikenal para perantara (avatar) seperti Rama dan Krishna. Para penguasa/raja dianggap sebagai anak dewa. Krishna sering dipersonifikasikan sebagai binatang Sapi (kultus Mother Goddes).
Dengan berkembangnya agama menjadi Pantheisme-Mistisisme (kebatinan) maka konsep dewa-dewi berkembang menjadi konsep Monisme mengenai keberadaan zat yang 'satu' (The One) yang disebut Brahman yang mendasari semua keberadaan dan keberadaan zat yang satu itu dalam diri manusia sebagai Atman. Pada awal kedatangannya, bangsa Arya sangat kagum akan keindahan alam di daratan India. Fenomena alam yang mereka lihat dianggap memiliki karakter seperti manusia yang mana bisa melindungi, marah, mencintai, cemburu (antroporphopisme). Kemudian mereka mulai melakukan pemujaan terhadap fenomena alam ini misalnya, memuja gunung Himalaya, menyembah batu besar dan mengkuduskan pohon-pohon tertentu (dinamisme). Fenomena alam dianggap memiliki kekuatan di luar diri mereka. Ketika muncul halilintar, gunung meletus mereka menganggap bahwa ini semacam ekspresi dari sesuatu yang berada diluar mereka. Ketidakmampuan menanggapi fenomena alam memunculkan konsep persembahan yang disebut Yajña. Pada awalnya mereka memberikan persembahan hasil bumi. Semakin komplek masalah yang dihadapi manusia maka kerpercayaan akan benda-benda mati dan fenomena alam berubah wujud menjadi pemujaan kepada banyak dewa (polyteisme). Mereka meningkatkan usaha memberikan persembahan lebih untuk mendapatkan berkah lebih pula  misalnya dengan korban kuda (asvamedha). Setelah muncul konsep dewa, maka konsep kasta yang pada awalnya berawal dari tradisi korban juga mengalami perubahan. Pada tahap ini konsep kasta dianggap ciptaan dewa. Dalam Dharmasastra dituliskan seluruh konteks kehidupan tradisi Brahmanisme. Ritual-ritual dan tata cara sosial dari tiga kasta tinggi yaitu brahman, ksatria, vaisya diformulasikan secara teliti berdasarkan praktek-praktek abadi yang diduga berasal dari ajaran Sang Pencipta sendiri. Perkembangan selanjutnya manusia mulai memuja dewa-dewa tertentu pada saat-saat tertentu. Mereka mulai memilah-milah dewa yang dipuja, dimana ada satu dewa yang diprioritaskan dalam pemujaan tetapi buka berarti melupakan dewa yang lain (favoritisme/henoteisme). Paham monoteisme berkembang kemudian setelah manusia memiliki keyakinan akan adanya tuhan pencipta (pajapati) dan pada akhirnya bangsa Arya meyakini satu kekuatan yang menjadi sumber dari segala sesuatu (monisme) yaitu maha atman/jagat atman (roh universal) serta ada pudgala atman (roh individu). Sebagaimana tujuan hidup keempat dalam tradisi Brahmanisme adalah moksa yaitu penyatuan pudgala atman dengan maha atman, maka cara yang dilakukan adalah dengan mempraktekkan Yoga.

         Kebudayaan lembah Indus (kebudayaan harappa dan mohenjodaro (2500-1500 SM))
                 Kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro di lembah sungai Indus merupakan awal mula adanya agama Hindu. Kondisi masyarakat pada saat itu sudah sangat maju, banyak para ahli mengatakan bahwa kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro adalah bukti kejayaan suatu sistim masyarakat pada zaman dahulu. Masyarakat sudah mengenal tata letak perkotaan, irigasi (saluran pembuangan air yang baik), sistim masyarakat yang terorganisir, dsb. Diperkirakan pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Di sini juga awal munculnya agama Hindu. Hal ini dibuktikan dengan berbagai bukti-bukti sejarah mengenai tradisi-tradisi waktu itu, seperti patung, tempat pemujaan, perkakas, dsb.

         Bangsa Arya (1500 SM)
Bangsa Arya muncul di India sekitar 1500 tahun sebelum masehi. Mereka datang dari daratan barat ke India dengan status pendatang. Pertama kali datang di India, mereka sangat terkagum dengan kondisi masyarakat setempat yang sudah sangat maju. Lambat laun orang-rang Arya mulai berpikir bagaimana agar dapat berkuasa di India dan menjdaikan bangsa asli sebagai budak mereka. Pertama kali yang dilakukan oleh mereka adalah menularakan kebiasaan-kebiasaan dan ajaran-ajaran yang mereka punya kepada bangsa setempat. Mereka menularakan konsep kepercayaan yang mereka punya. Karena mereka merasa itu semua belum berhasil menggulingkan kebudayaan masyarakat setempat, akhirnya bangsa Arya mencoba dengan sistim kasta. Sistim kasta merupakan sistim yang dipakai oleh bangsa Arya untuk  mengelompokan sekaligus membedakan antara bangsa asli dengan bangsa Arya dan cenderung lebih mengunggulkan kedudukan bangsa Arya. Ada empat kasta yang dipakai oleh mereka, yaitu: Kasta Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Penduduk asli diletakan di kasta yang paling rendah yaitu kasta Sudra, yang mana dalam kasta tersebut orang-orangnya tidak boleh berhubungan dengan kasta lain, dan mereka tercipta dan ditakdirkan sebagai seorang budak/pembantu. Selain hal tersebut, bangsa Arya juga menularkan ajaran mengenai konsep dewa dan pengorbanan. Konsep ini merupakan suatu ajaran yang mana manusia diwajibkan untuk melaksanakan upacara pengorbanan kepada para dewa yang mereka percayai. Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka semakin besar pula.

         Zaman Veda (1000 SM)
Zaman veda atau Vedics gods (deva), merupakan kelanjutan dari zaman Arya dan zaman Mohenjodaro dan Harappa. Dalam zaman ini, manusia sudah mulai mengnal adanya dewa-dewa. Contohnya adalah Agni (Api), Soma, Indra, Varuna, Rudra, Vishnu, surya, dan Rakshas (demons).  

         Munculnya Konsep Maha-Atman
Munculnya konsep maha Atman seperti dijelaskan sebelumnya tidak lepas dari kebudayaan masyarakat pada waktu itu. Konsep tersebut muncul melalui bebrapa fase. Fase atau tahap-tahap tersebut yaitu:
-          Belum mengenal agama, pada fase ini manusia belum mempunyai agama secara terorganisir, mereka hanya sekedar melakukan ritual-ritual yang bersifat pemujaan.
-          Terkagum dengan fenomena alam, disini manusia mulai terkagum dengan kejadian-kejadian alam yang muncul.
-          Menganggap fenomena tersebut seperti manusia (antroporphophisme)
-          Polyteisme ( fenomena seperti dewa ), setelah menganggap suatu kejadian/fenomena bersifat seperti manusia, disini hal tersebut sudah mulai disamakan dengan dewa. Dengan melakukan  sesajian, maka dewa akan semakin menyayangi mereka dan memberikan apa yang mereka inginkan.
-          Favoritisme/henothisme (menyembah dewa tertentu pada waktu tertentu)
-          Monotheisme (menyembah 1 dewa yang  dianggap segalanya)
-          Monisme/pantheisme (adanya satu kekuatan yang menjadi sumber dari segala sesuatu= maha-Atman)

Transition to Hinduism (Peralihan ke Agama Hindu)
Setalah zaman veda berakhir, kemudian muncul zaman Hindu. Dizaman ini manusia sudah mengenal agama secara terorganisir. Mereka sudah mempunyai satu kepercayaan yang mereka anggap sebagai jalan untuk mencapai cita-cita. Di zaman ini, manusia sudah mengenal tentang konsep penyatuan. Konsep penyatuan adalah konsep bersatunya jiwa manusia ke tuhan. Dalam istilah lain konsep ini disebut sebagai konsep terpisahnya jiwa dengan tubuh (jasmani), yang kemudian jiwa akan bergabung dengan tuhan. Di zaman ini konsep tentang adanya tuhan atau satu kekuatan yang mengatur segala sesuatu sudah dikenal. Mereka memuja hal tersebut dengan berbagai hal, namun kebanyakan dar mereka memuja dengan cara upacara-upacara. Dalam konsep penyatuan disini, mereka mempercayai adanya satu kekuatan yang luar biasa diluar kemampuan berpikir manusia. Mereka menyebutnya sebagai maha atma atau brahman atau tuhan. Tuhan disini dianggap yang paling superior, yang paling berpegaruh, pencipta segala sesuatu, pengatur segala sesuatu, dan sebagainya.agar dapt bersatu dengan maha atman, mereka harus memisahkan jiwa dengan tubuh. Prinsip mereka adalah jiwa tidak sama dengan tubuh dan tubuh dianggap sebagai penghalang untuk dapt bersatu dengan maha atman.

The Sacrificial System (upacara pengorbanan = yajna)
Upacara pengorbana merupakan upacara yang paling utama pada masa ini. Tujuan dari melaksanakan upacara ini adalah memohon keselamatan, rejeki, dan lain sebagainya guna kepentingan kelangsungan hidup mereka. Disini juga dibahas mengenai konsekuensi jika tidak melakukan upacara tersebut. Bagi mereka yang tidak melaksanakannya mereka akan dekat dengan bahaya dan tidak di terima oleh tuhan jika setelah meninggalkan dunia. Ada syarat-syarat untuk melaksanakan upaca ini yaitu upacara harus dipimpin oleh pendeta, karena pendeta merupakan orang yang dianggap dekat dengan tuhan dan pendeta adalah orang yang bisa melakukan prosedur dan juga mengerti tentang cara-cara berkorban agar dapat diterima oleh tuhan mereka. Upacara ini ditujukan kepada tuhan mereka yang sering disebut sebagai Brahman. Jika mereka rajin melakukan korban, maka tuhan akan memberkahi mereka. Dizaman ini upacara tersebut merupakan upacara yang wajib dijalankan.

Agama-agama yang Muncul
Jainism, Jainisme atau agama jaina muncul sekitar 500 SM bersamaan dengan Buddhism. Agama ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin kompleksnya pemikiran manusia pada saat itu. Dari hal tersebut maka mulai muncul pemikiran pemikiran baru beserta para pemikirnya yang kemudian muncul suatu ajran yang disebut dengan agama jaina. Dalam agama ini, ajaran yang disuguhkan adalah cara terbebas dari lingkaran samsara dengan jalan memisahkan jiwa dengan tubuh dengan cara menyiksa diri atau sering dikenal dengan nama sramanaisme. Untuk dapat mencapai pembebasan, hal pertama yang diajarkan adalah mengenai perbedaan antara tubuh dengan jiwa, mereka mengajarakan bahwa tubuh tidak sama dengan jiwa dan tubuh  dianggap sebagai penghalang untuk mencapai pembebasan. Tubuh dianggap kotor, sehingga perlu dimusnahkan dengan jalan menyiksa diri/menghancurkan tubuh. Merka mengajarkan bahwa manusia terbentuk dari dua hal yaitu jiwa dan zat-zat pembentuk tubuh. Disini juga mengajarkan mengenai hal yang dapat membantu untuk mencapai pembebasan, yaitu dengan right belief (keyakinan benar), knowledge (pengetahuan), conduct (tingkah laku), pure soul (jiwa yang bersih/murni) maka dapat terbebas dari zat (matter/rupa) dan mencapai pembebasan.
Classic Hinduism, Setelah sekitar 500 SM, masa Vedic religion berganti menjadi masa Hinduism. Agama Hindu mulai mendapat tempat di India. Agam ini muncul dari keinginan untuk memperbaharui ajaran yang sudah ada yang dianggap sudah tidak relevan dan kurang berpengaruh. Disini ajaran-ajaran yang sudah ada ditambah dengan ajran-ajran baru akan tetapi konsep mengenai pembebasan masih sama dengan agama sebelumnya. Disini ditambah ajran-ajaran yang lebih bersifat melengkapi diantaranyta adalah dimunculkan ajaran mengenai doktrin dan ide baru tentang adanya samsara, moksha, karma, dan brahma. Ajaran ini menolak tentang ajaran dari Jainism dan Buddhism, akan tetapi mereka tidak menolak ajaran mengenai bhakti terhadap tuhan, vedics gods, dan dharma sebagai jalan hidup dan untuk mengatur tingkah laku.
Upanishad, ajaran ini menyuguhkan konsep tentang mikro dan makro kosmos. Mikro kosmos sring disebut sebagai atman atau manusia sedangkan makro kosmos adalah tuhan atau maha atman atau Brahman. Ajaran ini membahas mengenai moksha atau penyatuan dengan maha atman. Cara penyatuan dengan maha atman disini dilakukan dengan cara jnana (pengetahuan) dan juga dengan upacra pengorbanan.
Kedatangan islam setelah 1200 M di India Utara, ketika semua agama hidup berdampingan tanpa suatu masalah yang serius, munculah agama Islam. Agam ini muncul di India bisa dikatakan sebagi malapetaka bagi agama-agama sebelumnya yang pernah ada di India. Hal itu disebabkan karena agama islam datang dengan kekerasan dan banyak unsur pemaksaan didalamnya. Ini dibuktikan dengan adanya perusakan terhadap candi-candi Hindu dan Buddha, gambar-gambar, sekolah-sekolah agama, membunuh dan membubarkan para bhikkhu dan pendeta. Hal ini dilakukan oleh Islam agar ajaran mereka dapat diterima oleh msyarakat setempat. Mereka menyadari bahwa sangat sulit untuk memasukan ajran mereka karena ajran yang telah dianut oleh penduduk setempat sangatlah berbeda dengan ajaran mereka, sehingga merek amau melakukan segala cara agar ajaran merek adapat diterima. Banyak peperangan terjadi pada masa ini. Setelah Islam berkuasa, agama lain mulai tersisihkan. Dalam suatu kesempatan agama Buddha mulai merapat ke agama Hindu. Seiring dengan hal tersebut di intern Hindu sendiri terjadi perang saudara yang menguntungkan pihak Islam untuk memperluas jajahannya. Sejak saat itu Islam berkembang pesat di India.
Sikhism, agama ini muncul sebagai reaksi dari adanya intervensi Isla di India. Agama ini dicetus oleh Baba Nanak. Ia mengajarkan tentang bagaiman terbebas dari samsara. Agar dapat terbebas dari samsara, ia mengajarkan bahwa siapa saja yang memuja tuhan maka mereka akan terbebas dari samsara dan mencapai pembebasan. Penganut Sikhism sendiri adalah campuran antara Hindu transmigrasion dan islamic monotheism. Akan tetapi para penganut agama in mulai melancarkan pemberontakan kepada Islam. Pemberontakan ini dipimpin langsung oleh Baba Nanak. Peperangan ini dikenal dengan perang antara Baba nanak dengan Manusia berserban putih. Akan tetapi akhirnya Baba Nanak tewas dan pemberontakannya dapat diredam oleh Islam.
Modern Hinduism, disini agma Hindu sudah terkontaminasi oleh ajran Kristiani. Hindu disini sudah berbeda dengan Hindu sebelumnya baik dibidang politik, ekonomi, maupun budaya. Hindu disini cenderung dipengaruhi oleh pengetahuan dari barat. Disini munculseorang pemikir baru yang bernama Mahatma Ghandi. Ia membuat ajaran Hindu lebih bersifat social dan demokratis. Ia menanamkan sifat-sifat yang demokratis kepada para pengikutnya, ia juga lebih mngedepankan hal-hal yang bersifat social.





The scriptures of Hinduism (kitab Hindu)
kitab Hindu terbagi menjadi dua bagian penting yaitu:
1.      Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.

2.      Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.

Syair Kepahlawanan
Dalam Hindu terdapat dua syair kepahlawanan. Kedua syair itu adalah Mahabbarata dan Ramayana. Pada kedua syair itu terdapat tokoh yang paling penting, yatu karakter avatar (renkarnasi) dari dewa Wisnu; Krishna dalam Mahabbarata dan Rama dalam Ramayana. Di atas segalanya, makna dari kedua syair kepahlawanan ini adalah drama konflik antara baik dan jahat. Kedua syair ini sangat dikenal oleh semua penganut Hindu dan orang-orang di Asia yang terutama Asia Tenggara karena sudah menjadi budaya.

Mahabharata Dan Bhagawad Gita
Mahabbarata secara keseluruhan tidak begitu dikenal, namun yang jelas kisah itu disebut Weda kelima. Isi kitab ini mencakup berbagai macam kegiatan dan topic yang panjang dan rumit. Kitab ini berisi crita yang menggambarkan latar belakang, kesempatan, pertempuran puncak, dan akhir perang antara dua bangsa Hindu kuno, yaitu Korawa dan Pandawa, yang akhirnya kemenangan  diraih oleh Pandawa.
Bagian yang dikenal sebagai Bhagavad Gita atau "lagu Tuhan", yang dikenal juga sebagai kitab Sastra yang paling dikenal dan dicintai penganut Hindu. Kitab ini disebut juga Injil Kresna, di mana dalam kisah kepahlawanan ini Arjuna di nasehati dan dibantu Krishna, yang dinyatakan dalam kemuliaan yang menunjukkan kesetiaan. Kesetiaan dalam tujuan dan bentuk ini dapat dibandingkan dengan teori dan pemahaman kaum Upanishad yang juga memahami teori pengabdian di mana wawasan dan kebenaran dari kaum Upanishad. Substansi kitab ini berhubungan dengan aksi dan kata-kata Arjuna dan Kresna. Cerita dalam kitab ini adalah bagian awal dari pertempuran besar, ketika kedua pasukan saling berhadapan. Pemimpin para Pandawa adalah Arjuna dan Krishna. Pemimpin Korawa adalah Sanjaya dari Dhritarasthtra. Di dalam kitab ini juga menjelaskan cara untuk Moksha adalah terbuka untuk semua kasta. Dalam terjemahan Eliot Deutsch, Dretarastra berbicara: “what did the sons of Pandu and my men do, O Sanjaya, when, eager to fight, they gathered together on the field of righteousness, the Kuru field.”
Mula-mula Arjuna begitu sedih karena memikirkan perang saudara, ia berkata pada Kresna dia tidak bisa melawan. Dalam percakapan itu Kresna menasehati Arjuna agar mengikuti dbarma (kewajiban) sebagai prajurit dalam mengatur pertempuran. Kresna menasehati arjuna agar mengabaikan perasaan kasihan pada musuh penindas. Arjuna diingatkan pada berartinya kematian dan kehidupan dalam menghadapi keabadian roh: Ia yang berpikir bahwa ini (jiwa) adalah seorang pembunuh, dan ia yang berpikir bahwa ini (jiwa) adalah dibunuh; kedua dari mereka tidak mengetahui. Ini (jiwa) tidak membunuh tidak pula dibunuh. Ini (jiwa) tidak pernah dilahirkan, dan juga tidak mati, dan tidak pernah memiliki, akan kembali lagi menjadi. Ini tidak dilahirkan, kekal dan abadi. Jiwa ini satu, tidak disembelih ketika tubuh dibunuh. Dalam dialog berikutnya Kresna menjelaskan tentang tindakan: Anda bertanggung jawab atas tindakan tetapi tidak untuk hasilnya.
Syair kepahlawanan besar lainnya adalah Ramayana, yang mengutamakan kisah tentang avatar (titisan) Wisnu, yaitu Rama. Ramayana adalah kisah yang lebih sederhana dari Mahabbarata, baik dalam maknanya dan kisahnya. Panjang syair Ramayana seperempat dari Mahabbarata. Hal ini dilihat dari kisah Rama dan istrinya Sinta, yang didukung oleh saudara setia Rama yaitu Laksmana. Dalam isinya diceritakan Rama menyerahkan mahkota kepada orang lain. Raja yang berkuasa itu berkuasa selama 14 tahun, dan Rama secara sukarela pergi ke pengasingan. Cerita selanjutnya mengisahkan Raja setan Rahwana yang menculik Sita dan memenjarakannya di istananya. Dengan bantuan Sugriwa dan raja kera Hanuman, Rama menaklukan Rahwana dan menyelamatkan sita. Crita selanjutnya kekuasaan dikembalikan ke Rama yang lulus tes kebajikan menemukan sita yang setia. Dalam syair ini Rama dan Sita adalah gambaran pria dan wanita ideal dalam kebudayaan Hindu. Rama yang dipuja sebagai perwujudan dari kebenaran atau dharma dalam kemenangan melawan kejahatan di semua tingkat. Syair Ramayana ini sangat populer di seluruh India dan sekitarnya dalam bentuk dan variasi yang tak terhitung jumlahnya.

Purana
Purana adalah tulisan suci Hindu yang terdiri dari 18 topik Purana. Awalnya Purana muncul sebagai ekspansi dan eksplorasi dari ajaran Weda bagi penganutnya, isinya mengandung mitologi, kosmogoni, dan silsilah para dewa dan dinasti. Kisahnya dilatarbelakngi ketika mereka mendaapat bermacam-macam informasi tentang tempat-tempat ziarah dan jenis ibadah. Penjelasan tantang hal itu kurang dijelaskan dalam kitab agama Hindu. Bhagavata Purana yaitu sekitar abad kesembilan Masehi, isinya memuliakan Wisnu dan Siwa hal ini sesuai dengan Sambita Suta.

Shastra Dharma
Yang dimaksud dharma adalah hukum atau perilaku dan moralitas. Konsep ini muncul pertama kali pada periode epik sekitar zaman Kristus. Risalah utama adalah Hukum Manu dan Kautilya Artha-Shastra. Yang pertama adalah eksposisi paling otoritatif dari hukum adat, tidak hanya berurusan dengan agama tetapi juga politik. Risalah Kautilya dikhususkan untuk administrasi ketatanegaraan, baik teori ataupun praktek, terutama untuk monarki.

Literatur Populer Dan Sektarian
Sastra populer banyak muncul, semuanya berpusat di sekitar Siwa, Wisnu, atau Dewi-dewi, dan dalam beberapa hal berhubungan dengan sekolah filosofis. Sebutan modern dari Purana ini adalah kitab suci agama sektarian. Isinya adalah berbagai karya didaktik dalam bahasa Inggris yang mulai dipublikasikan pada abad kesembilan belas, yaitu kebangkitan kembali agama Hindu.

Ajaran Hindu tentang Perbedaan Dalam Kesatuan
Kesatuan dalam agama Hindu menunjukkan keyakinan fundamental yang terlihat dalam sejarah dan sastra. Hal itu merupakan kelebihan dari realitas spiritual yang dijadikan sebagai salah satu sifat utama dari seluruh alam. Hal itu adalah karakteristik yang unik agama Hindu, dalam segala bentuk, tingkat, daerah dan bentuk dari semua aspek agama. Di daerah teoritis atau doktrinal hal itu adalah yang terpenting dari semua kesatuan rohani dan semua fenomena yang terdapat juga dalam semua sistem pemikiran ataupun segala bentuk kepercayaan. Secara eksplisit, hal itu terdapat dalam literatur dan sistem pemikiran hingga zaman modern.

Brahman Adalah Mutlak: Brahman-Atman Adalah Sama
Sebuah perangkat tatabahasa yang berguna untuk menemukan perbedaan antara satu pribadi Allah dari Alkitab dengan realitas pemikiran yang paling impersonal di India. Artikel pasti "itu" yang digunakan sebelum "Brahman" membantu untuk menjelaskan realitas Brahman menjadi Hindu. Beberapa sarjana India mengatakan kata Brahman bukan nama yang tepat, karena kata itu berarti mutlak. Secara etimologis berarti 'pernah-tumbuh' (brh = untuk tumbuh, untuk memperluas). Karena alasan ini perlu kata yang dapat mendefinisikan kata Mutlak dengan tepat. "Ada beberapa yang menafsirkan sama antara Brahman, Atma atau Self, tetapi semua yang ditafsirkan itu baik Brahman-Atman sebenarnya adalah sama.

Brahman
Semua tujuan penganut Hindu adalah menjadi mutlak, semuanya bersifat pribadi, impersonal, segalanya, merah, hijau, baik, buruk, dunia, adalah kekosongan. Dalam  Upanisad Svetasvatara versi puisi dikatakan:
Engkau wanita, Engkau manusia,
Engkau pemuda, sesungguhnya Engkau-gadis,
Engkaulah laki-laki tua tertatih-tatih dengan tongkatnya;
Facest Engkau di mana-mana.
Engkau kakaktua hijau dengan mata merah.
Sesungguhnya Engkau-awan petir, musim, lautan.

Arti puisi itu seperti sebuah susunan yang tampaknya kontradiktif yang dapat menyarankan kita tentang kompleksitas dan kesulitan dari kehidupan. Pertama kita mulai dengan realitas tertinggi sebagai satu  kesatuan yang impersonal, yaitu Brahman. Dalam Veda tugas pertama yang harus dicari adalah persatuan dengan Brahman. Seperti dikutip dalam Rig Veda 1. 164, 46: "mereka memanggilnya Indra, Mitra, Varuna, Agni dan ia adalah Garutman, makhluk surgawi yang bersayap. Untuk apa orang-orang bijak memberi banyak gelar seperti Agni, Yama, Matarishvan padahal mereka adalah satu. Rasa yang terakhir, keunggulan, yang tak terlukiskan, memberikan kepada semua teologi Hindu yang mengenal paham mistisisme, dan membuat pemahaman bahwa Brahman nyata, meskipun akhirnya diketahui Brahman adalah sangat transenden. Brahman adalah sosok yang paling sebenarnya, tidak dapat dihindari (tidak terelakkan) dalam semua pengalaman di dunia. Gagasan utama makhluk impersonal yang menjadi sumber atau yang tidak berubah, yang tersisa saat semua berubah, hal itu tidak aneh di India, tapi gagasan dasar itu telah diuraikan secara lebih lengkap, dan kemudian dimasukkan dalam filsafat Hindu di tempat lain. Paradoks yang tidak dihindari, tetapi menegaskan: " semua pandangan mengungkapkan ketidakberadaan.
Konsep paradoksal, mutlak, impersonal, dan kesatuan Brahman muncul dalam Weda di zaman Upanisad yang diuraikan oleh Shankara. Walaupun Brahman tidak dijelaskan, tapi ada beberapa unsur umum dalam tulisan, ditemukan penjelasan bahwa hidup dan kematian bukanlah akhir, karena dunia selalu berubah dan tidak nyata. Penjelasan itu seprti nasehat Krishna kepada Arjuna, yaitu:
Jika pembunuh berpikir untuk membunuh,
Jika berpikir sendiri tewas dibunuh,
Kedua ini tidak dapat mengerti.
Jiwa ini tidak membunuh, dan tidak dibunuh.

Oleh karena itu, sejauh pengetahuan sejati tidak hadir sendiri, ada alasan mengapa pendidikan dan kegiatan keagamaan lebih baik agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran yang mengganggu. Hal itu karena" Brahman adalah realitas penting, dan di antara perbedaan fenomena semuanya terdapat aspek-aspek absolut.

Nirguna Dan Saguna Brahman Masa Upanisad Dalam Bṛhadāraṇyaka
Penjelasan dalam Upanisad sering dikatakan sisi negatif Brahman tidak dapat diketahui, apa yang disebut Nirguna Brahman, atau Brahman tanpa atribut neti. Hal itu tidak dapat diidentifikasi secara spesifik, karena melampaui dan meliputi segala sesuatu. Tentang Brahman bisa saja benar dengan atribut Saguna Brahman, karena hal itu adalah dogma terpenting Veda (untuk Nirguna Brahman, merujuk pada Saguna pertama dan kedua.)
Brahman dijelaskan dalam dua bentuk. Pertama sebagai kualifikasi kondisi yang disebabkan oleh beraneka ragamnya pembatasan dari evolusi nama dan bentuk (yaitu, beraneka ragamnya dunia ciptaan). Kedua sebagai lawan dari penjadian, yaitu bebas dari segala kondisi batasan apapun. Selain itu ada yang menganggap Brahman sebagai kosmik murni yang menjadi esensialitas melampaui baik dan jahat.

Atman
Kita harus menekankan apa yang terpenting dari pemikiran Hindu, yaitu doktrin bahwa dunia dan jiwa manusia adalah satu. Kebanyakan agama menganggap bahwa ada suatu hubungan, antara jiwa dan Tuhan, yaitu jiwa adalah apa yang menghubungkan manusia kepada Tuhan. Dalam Hinduisme, hubungan ini adalah dasar yang baik dalam teori filosofis dan praktik keagamaan, untuk alasan yang berbeda daripada para pemikir Barat. Di Barat, jiwa selalu diartikan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, sehingga terpisah dari tuhan dan tunduk kepada Tuhan. Di India Tuhan dan jiwa manusia berada pada tingkat yang sama, alam yang sama, karena pada dasarnya adalah satu. Mengutip dalam Hindu Upanishad Bṛhadāraṇyaka berkata, "Abam Brabma asami," "Aku adalah Brahman," maksudnya adalah, "Aku adalah Allah." Para brahmana di India sering berkomentar, "Bagaimanapun juga, Akulah Tuhan." Pernyataan itu mengejutkan bagi orang Barat, apalagi orang yang menganut Kristen, atau Muslim tidak akan pernah untuk mengatakan pernyataan seperti itu. Pernyataan para brahmana yang seperti itu maksudnya berkaitan dengan tujuan agama Hindu, yaitu perwujudan dari kesatuan dengan Brahman. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam kisah kuno tentang penjelasan tentang realitas alam dalam percakapan Svetaketu dengan ayahnya dalam Chāndogya.
Kisah Svetaketu adalah kisah Brahmana muda yang sombong setelah belajar 12 tahun pada gurunya. Tetapi ayahnya menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak memiliki pengetahuan "yang kita tahu tidak bisa diketahui." Sang ayah, Uddalaka, menceritakan kepadanya tentang keberadaan yang Satu pada alam semesta yang diproyeksikan dari dirinya sendiri dan dimasukkan ke dalam setiap makhluk. "Semua yang memiliki diri ini adalah esensi halus, Ia adalah diri sendiri. Dijelaskan seperti air, tidak diketahui bahwa mereka adalah satu meskipun aliran sungai itu dari Timur atau Barat. Dijelaskan juga, ada sesuatu yang halus yang menyatu dengan esensi dunia, seperti esensi yang tak terlihat dari biji pohon ara yang melahirkan pohon dan untuk segala sesuatu; sebagai garam yang dilarutkan dalam air yang ada adalah rasa, sehingga keberadaan Brahman adalah dalam tubuh. Ilustrasi lain sama yaitu tat tvam asi, "bahwa engkau."
Ajaran ini sangat mendasar bagi intelektual Hindu dan untuk ajaran yang populer dalam Hindu adalah  bhakti, atau jalan pengabdian. Tema ini dinyatakan dalam berbagai bentuk dan variasi dalam Upanishad yang kemudian masuk ke dalam agama Hindu sebagai salah satu dari kebenaran-kebenaran yang begitu mendasar, tetapi setiap orang menerimanya tanpa pertanyaan. Brahman-Atman adalah satu dan tak terpisahkan, dua aspek dari satu realitas. Seperti Brahman, satu Tuhan adalah semua yang objektif dan realitas transenden, sementara Atman atau diri adalah pribadi Allah dalam realitas subjektif kesadaran dan kepribadian. Dalam istilah Barat kepercayaan ini adalah panteisme; yaitu suatu ide yang menjelaskan dan mencakup semua hal, dan semua adalah Tuhan (teisme) atau tuhan adalah semua.

Final Remark
Dari pembahasan tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwasanya agama Hindu muncul dan berkembang di India memerlukan proses yang sangat panjang dan rumit. Agma Hindu muncul berkaitan dengan adanya kebudayaan yang muncul sebelumnya. Agama Hindu merupakan agama yang muncul dari konsep adanya Atman dan Maha-Atman. Agama Hindu sendiri mengajarkan tentang cara terbebas dari samsara, yaitu melalui jalan moksha.


====================000123000==================

No comments:

Post a Comment

Cerah Sedetik

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”