Hermeneutik (Penafsiran)
Oleh:
Khemanya Suryawan
(07.1.145)
Latar Belakang
Kita hidup
di dunia ini tidak lepas dari penafsiran. Mulai dari penafsiran yang sederhana
hingga ke penafsiran yang rumit. Misalkan, kita melihat wajah seseorang yang
belum kita kenal untuk pertama kalinya, dalam pikiran kita pasti akan muncul
berbagai pendapat mengenai orang tersebut, baik itu pendapat yang baik maupun
yang tidak baik. Sebenarnya, bersamaan dengan munculnya berbagai pendapat
itulah tanpa sadar kita sudah melakukan suatu penafsiran terhadap objek
tersebut. Setiap manusia berbeda cara berpendapat dan cara menafsirkan segala
sesuatu. Hal ini juga yang menyebabkan mengapa suatu objek memunyai pengertian
yang berbeda-beda. Perbedaan penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh latar
belakang masing-masing individu. Contohnya, ada seekor kerbau, bagi para
peneliti, kerbau adalah makhluk yang sangat kuat, makhluk mamalia, dan
sebagainya, ini akan menjadi berbeda jika kerbau tersebut diartikkan oleh
petani. Para petani akan mengartikan kerbau sebagai hewan yang sangat membantu
mereka, karena kerbau adalah hewan yang bisa difungsikan sebagai penarik bajak.
Dari dua contoh itulah maka kita bisa mengatakan bahwa suatu objek itu memunyai
sifat yang netral, objek akan menjadi berbeda tergantung subjeknya
maing-masing.
Pada zaman
dahulu, metode atau cara dalam penafsiran sangatlah sedikit. Hal ini yang
menyebabkan kehidupan pada masa itu lebih cenderung bersifat monoton dan
ortodok. Di zaman dahulu sebelum tahun masehi, sistem pendidikan hanya bersifat
sederhana dan cara yang digunakan baru dengan sisitem oral atau dari mulut
kemulut, dan kebanyakan mereka cenderung percaya begitu saja dengan apa yang
dikatakan oleh guru mereka tanpa melakukan suatu verifikasi. Dari situlah maka
kehidupan pada masa itu masih sangat kaku dan hanya sedikit memunyai aspek seni.
Sistem penafsiran pada saat itu masih sangat sederhana yaitu mereka hanya
menafsirkan apa yang terdapat dalam teks-teks tanpa menganalisis secara
mendalam.
Banyaknya
perbedaan pola pikir dari masing-masing individu, kurangnya metode atau cara
dalam menafsirkan segala sesuatu, banyaknya pandangan mengenai cara penafsiran,
dan sebagainya menyebabkan kita hanya bersifat pasif dan statis tanpa berani
melakukan perubahan yang besar. Sebenarnya apa yang seharusnya kita lakukan
untuk mengatasi persoalan tersebut? Dari latar belakang itulah maka penulis
akan mencoba membahas mengenai apa yang dimaksud dengan hermeunitik dan apa manfaat kita memelajari hermeneutik dalam kehidupan ini.
Pengertian
Istilah hermeneuitk merupakan salah satu istilah
yang berasal dari bahasa Yunani. Kata hermeneuitk
sendiri berasal dari kata “hermeneuein” atau “hermenia (KB)” yang diartikan
sebagai “menafsirkan” atau “penafsiran”.
Menurut E. Sumaryono dalam bukunya “Hermeneuitk” mengatakan bahwa hermeneuitk sendiri berarti studi tentang teori interpretasi,
dan dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan praktek penafsiran
(Sumaryono, 1999:23). Dalam istilah lain Hermeneuitka[1]
(pengucapan Inggris/tɨks hɜrmənju) adalah studi tentang teori interpretasi, dan
dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan praktek penafsiran. Hermeneuitka Tradisional -
yang meliputi hermeneuitka Alkitab -
mengacu pada studi tentang interpretasi teks tertulis, terutama teks dalam
bidang sastra, agama dan hukum. Sedangkan
dalam kontemporer atau modern hermeneuitka
tidak hanya meliputi masalah yang melibatkan teks tertulis, tetapi segala
sesuatu dalam proses interpretasi. Ini termasuk bentuk verbal dan nonverbal
komunikasi serta aspek sebelumnya yang mempengaruhi komunikasi, seperti
prasangka, pre-understandings,
makna filsafat bahasa, dan semiotika. Hal ini mengandung pengertian bahwa istilah hermeneuitk sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara pandang
kita terhadap segala sesuatu. Cara pandang masing-masing individu berbeda-beda,
hal ini mengharuskan adanya suatu ilmu yang dapat mewadahi dan memberi suatu
acuan mengenai bagaimana cara menginterpretasi sesuatu agar esensi yang ada
pada hal tersebut tidak hilang. Oleh karena itu munculah konsep mengenai hermeneuitk.
Menafsirkan
sesuatu berhubungan dengan proses perubahan. Perubahan yang tadinya belum
mengerti menjadi mengerti. Hal ini juga dikemukakan oleh Richard E. Palmer[2] yang
menyatakan bahwa istilah hermeneuitk
pada akhirnya dapat diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti. Perubahan tersebut yang mendasari adanya suatu
perbedaan yang muncul di setiap individu. Ketika terjadi suatu hal yang
memungkinkan kita untuk melakukan suatu perubahan, di situ akan muncul suatu
reaksi dan interpretasi dari pikiran kita. Setiap reaksi dan interpretasi yang
muncul dalam pikiran kita, belum tentu akan sama dengan reaksi dan interpretasi
dari orang lain walaupun kasus yang terjadi sama. Contohnya, ketika dosen
laki-laki kita masuk ke kelas dengan memakai baju batik berwarna pink, pasti akan langsung muncul suatu
reaksi dalam diri kita baik itu reaksi secara fisik maupun secara mental.
Setiap mahasiswa yang ada dalam kelas tersebut masing-masing berbeda cara
reaksinya, ada yang tertawa terbahak, ada yang hanya tersenyum, ada yang sampai
mengacungkan jari telunjuknya sambil tertawa sampai menangis, dan sebagainya
inilah yang disebut reaksi secara fisik. Akan tetapi bersamaan dengan itu muncul
pula suatu interpretasi dalam pikiran masing-masing, ada yang berpikir bahwa
dosen tersebut seperti banci, dan ada juga yang berpikir bahwa dosen tersebut
tidak memunyai baju ganti, inilah yang disebut sebagai reaksi mental.
Dari contoh
tersebut membuktikan bahwa masing-masing pemikiran manusia itu berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya walaupun kasus yang dihadapai sama. Hal tersebut
juga dinyatakan oleh Aristoteles
dalam Peri Hermeneias atau Interpretatione[3], ia menyatakan
bahwa tidak ada satu manusiapun yang memunyai kesamaan dengan manusia lain baik
dalam bahasa lisan atau tulisan. Hal ini memberikan suatu pengertian kepada
kita bahwa kita sangat perlu untuk memahami apakah hermeneuitk itu agar kita bisa menyadari setiap perbedaan yang
terjadi, dari hal itulah maka diharapkan kita bisa menetralisir keadaan-keadaan
yang ditimbulkan dari adanya perbedaan tersebut.
Cara Kerja Hermeneuitk
Hermeneuitk merupakan suatu ilmu
filsafat yang mana setiap ilmu pasti memunyai cara kerja masing-masing. Sebelum
membahas mengenai cara kerja dari hermeneuitk
terlebih dahulu penulis akan menguraikan mengenai mengapa hermeneuitk itu muncul.
Pada
dasarnya setiap objek yang ada itu netral, hanya saja objek tersebut akan
menjadi bernilai karena adanya suatu subjek. Subjek disini berperan sebagai
sesuatu yang memberi makna terhadap objek tersebut. Objek tidak akan berubah
jika tidak ada subjek. Husserl[4] menyatakan
bahwa objek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama,
karena pada awalanya objek itu bersifat netral. Maka, subjek sangat berperan
dalam munculnya suatu makna. Dari situlah maka mulai muncul suatu ilmu tentang
penafsiran akan segala sesuatu yang disebut dengan istilah hermeneuitk. Hal inilah yang menyebabkan munculnya suatu pertanyaan
dalam pikiran penulis, sebenarnya, bagaimanakah cara kerja dari hermeneuitk itu sendiri?
Pada
dasarnya apabila kita sedang melakukan suatu interpretasi pada sesuatu,
tentunya disitu harus didukung oleh adanya syarat yang harus dipenuhi. Ada dua
syarat yang harus terpenuhi sebelum orang tersebut melakukan suatu
interpretasi. Syarat tersebut ialah syarat secara fisik dan syarat secara non
fisik. Syarat fisik yang harus kita penuhi adalah adanya landasan indera yang
baik. Pada dasarnya apabila kita melakukan suatu interpretasi disitu
membutuhkan alat indera; mata, hidung, telinga, pikiran/otak, dan alat-alat
indera yang lain. Contohnya ketika kita melihat suatu objek, disitu kita
membutuhkan mata yang baik, dan seterusnya. Syarat yang kedua ialah kita harus
terlebih dahulu memunyai pengertian dan pemahaman akan sesuatu yang ingin kita
beri interpretasi. Sebenarnya sebelum seseorang melakukan suatu interpretasi
terhadap sesuatu, sebelumnya orang tersebut harus benar-benar mengerti dan
memahami dengan sesuatu yang ingin di interpretasi tersebut. Apabila kita belum
mengerti sekaligus memahami maka yang terjadi adalah interpretasi tidak akan
jalan. Mengerti, memahami, dan interpretasi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Apabila kita melakukan interpretasi disitu juga proses
mengerti dan memahami berjalan. Hal ini juga dikemukakan oleh E. Sumaryono dalam bukunya Hermeneutik ia menyatakan sebagai
berikut:
“Untuk dapat membuat
interpretasi, orang lebih dahulu harus mengerti atau memahami. Namun, keadaan
‘lebih dahulu mengerti’ ini bukan didasarkan atas penemuan waktu, melainkan
bersifat alamiah. Sebab, menurut kenyataannya, bila seseorang mengerti, ia
sebenarnya telah melakukan interpretasi, dan juga sebaliknya. Keduanya bukan
dua momen dalam satu proses. Mengerti dan interpretasi menimbulkan ‘lingkaran hermeneutik’.”
Pendapat
tersebut mengandung pengertian bahwa hermeneutik
merupakan suatu proses berpikir yang mana melibatkan dua aspek yaitu aspek
fisik dan aspek non fisik. Untuk dapat melakukan hermeneutik kita terlebih dahulu harus mengerti dan memahami objek
yang akan kita beri interpretasi. Proses mengerti sendiri merupakan proses
pikiran yang sangat rumit. Sebelum timbul suatu pengertian terlebih dahulu kita
harus melakukan pengamatan, penafsiran, dan juga evaluasi. Untuk bisa
mengamati, melakukan penafsiran, dan evaluasi yang sesuai dengan yang
diharapkan terlebih dahulu kita harus memunyai suatu pengetahuan yang benar
(correct). Dengan kata lain untuk dapat melakukan suatu interpretasi yang benar
kita harus memunyai pengetahuan yang benar pula.
Proses
mengerti disini merupakan proses yang terjadi secara alamiah, bukan paksaan,
tekanan, dan sebagainya. Orang yang dapat mengerti secara alamiah akan menghasilkan
suatu pemahaman yang lebih baik dari pada orang yang mengerti secara paksaan.
Contohnya, apabila kita dihadapkan pada suatu masalah hidup, misalnya kita
bertemu dengan seseorang yang baru kita kenal, apabila kita paksakan diri kita
untuk mengerti orang tersebut dalam jangka waktu misalnya dalam dua hari, maka
yang terjadi adalah kita hanya sekedar mengerti dari luarnya saja. Akan tetapi
itu akan berbeda jika kita mengerti secara alami, yaitu kita hidup bersamanya
dalam jangka waktu yang lama kita bukan hanya mengerti luarnya saja tetapi juga
termasuk dalamnya. Begitu juga dengan proses hermeneutik, apabila kita ingin melakukan interpretasi yang baik kita
harus benar-benar mengerti dan memahami terlebih dahulu secara keseluruhan.
Penerapan Hermeneuitk
Dalam
hidup ini, hermeneutik sangat kita
butuhkan. Bukan hanya dalam konteks ilmu pendidikan saja melainkan pada
ilmu-ilmu yang lain. Politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya tidak lepas dari hermeneutik. Proses hermeneutik sangat berperan dalam perubahan hidup kita. Misalkan
dari bidang ekonomi, apabila kita tidak berani melakukan suatu interpretasi
terhadap sesuatu maka yang terjadi adalah kita hanya akan statis disitu dan tidak
mungkin untuk dapat maju dan berkembang. Ini yang mengakibatkan kita akan
tersaingi oleh orang lain dan kita akan semakin terpuruk dalam ekonomi kita.
Sepertihalnya penjual bakso, apabila ia tidak berani melakukan suatu interpretasi
terhadap bakso-bakso yang sudah ada dan ia hanya ikut-ikutan saja dan tidak
ingin tampil beda maka yang terjadi adalah ia hanya akan seperti yang lain atau
bahkan lebih parah karena ia tidak memunyai pelanggan. Begitu juga dengan dunia
yang lainnya. Oleh karena itu hermeneutik
sangat apenting dalam hidup ini.
Selain itu, hermeneutik juga bisa kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita hidup tidak lepas dari interpretasi, karena
hidup tanpa suatu interpretasi maka hidup kita akan kering. Sepertihalnya kita
yang tidak berani melakukan interpretasi terhadap segala sesuatu, kita hanya
akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Akan tertapi apabila kita berani
melakukan suatu interpretasi terhadap apapun yang ada dihadapan kita, maka kita
akan menjadi orang yang sukses dan terpandang. Contohnya para filsuf-filsuf
yang ada di dunia ini, seperti Aristoteles, Plato, Buddhaghosa, Nagarjuna,
mereka menjadi terkenal, hidup penuh arti, dan sebagainya karena mereka berani
mekukan interpretasi terhadap segala sesuatu.
Dalam
pembahasan ini ada dua hal yang harus ada ketika kita ingin menerapkan ilmu
tentang interpretasi (hermeneutik)
yaitu adanya ketepatan pemahaman dan ketepatan penjabaran (Sumaryono, 1999:
29). Ketepatan pemahaman dan penjabaran yaitu ketepatan dalam kita memahami dan
menjabarkan sesuatu, apabila kita dapat memahami dan menjabarkan suatu hal dan
pemahaman juga penjabaran kita dapat diterima oleh orang lain, pemahaman dan
penjabaran kita logis, dan bermanfaat bagi orang lain maka kita sudah dianggap
sebagai orang yang mampu memahami dan menjabarkan dengan baik dan benar.
Setelah kedua hal tersebut dapat kita penuhi maka kita dapat pula menerapkan
ilmu hermeneutik dalam segala aspek
kehidupan ini.
Kesimpulan
Hermeneutik merupakan sebuah ilmu
filsafat yang berarti studi
tentang teori interpretasi, dan dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan
praktek penafsiran. Untuk dapat membuat interpretasi, orang lebih dahulu
harus mengerti atau memahami. Adanya ketepatan pemahaman, pengertian, dan
ketepatan penjabaran, akan dapat membuat kita bisa melakukan suatu interpretasi
yang benar. Ilmu tersebut dapat kita terapkan dalam berbagai aspek kehiduapan
ini seperti aspek ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dan sebagainya. Apabila
kita bisa menyelami ilmu tentang penafsiran maka kita akan bisa hidup kritis
dan selalu aktif dalam menjalani kehidupan ini tanapa adanya suatu keruwetan
yanf dapat membuat kita terjerumus kehal-hal yang negatif seperti salah
persepsi yang mengakibatkan terjadinya suatu konflik, peperangan, saling
bersitegang, dan sebagainya.
Referensi
Sumaryono, E. 1999. “Hermeneuitk; sebuah Metode Filsafat”.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
http://en.wikipedia.org/wiki/Hermeneutics. diakses selasa, 20 April
2010.
No comments:
Post a Comment