Wednesday 27 June 2012

Hermeneutik (Penafsiran)


Hermeneutik (Penafsiran)
Oleh:
Khemanya Suryawan
(07.1.145)


Latar Belakang
Kita hidup di dunia ini tidak lepas dari penafsiran. Mulai dari penafsiran yang sederhana hingga ke penafsiran yang rumit. Misalkan, kita melihat wajah seseorang yang belum kita kenal untuk pertama kalinya, dalam pikiran kita pasti akan muncul berbagai pendapat mengenai orang tersebut, baik itu pendapat yang baik maupun yang tidak baik. Sebenarnya, bersamaan dengan munculnya berbagai pendapat itulah tanpa sadar kita sudah melakukan suatu penafsiran terhadap objek tersebut. Setiap manusia berbeda cara berpendapat dan cara menafsirkan segala sesuatu. Hal ini juga yang menyebabkan mengapa suatu objek memunyai pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh latar belakang masing-masing individu. Contohnya, ada seekor kerbau, bagi para peneliti, kerbau adalah makhluk yang sangat kuat, makhluk mamalia, dan sebagainya, ini akan menjadi berbeda jika kerbau tersebut diartikkan oleh petani. Para petani akan mengartikan kerbau sebagai hewan yang sangat membantu mereka, karena kerbau adalah hewan yang bisa difungsikan sebagai penarik bajak. Dari dua contoh itulah maka kita bisa mengatakan bahwa suatu objek itu memunyai sifat yang netral, objek akan menjadi berbeda tergantung subjeknya maing-masing.
Pada zaman dahulu, metode atau cara dalam penafsiran sangatlah sedikit. Hal ini yang menyebabkan kehidupan pada masa itu lebih cenderung bersifat monoton dan ortodok. Di zaman dahulu sebelum tahun masehi, sistem pendidikan hanya bersifat sederhana dan cara yang digunakan baru dengan sisitem oral atau dari mulut kemulut, dan kebanyakan mereka cenderung percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh guru mereka tanpa melakukan suatu verifikasi. Dari situlah maka kehidupan pada masa itu masih sangat kaku dan hanya sedikit memunyai aspek seni. Sistem penafsiran pada saat itu masih sangat sederhana yaitu mereka hanya menafsirkan apa yang terdapat dalam teks-teks tanpa menganalisis secara mendalam.
Banyaknya perbedaan pola pikir dari masing-masing individu, kurangnya metode atau cara dalam menafsirkan segala sesuatu, banyaknya pandangan mengenai cara penafsiran, dan sebagainya menyebabkan kita hanya bersifat pasif dan statis tanpa berani melakukan perubahan yang besar. Sebenarnya apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi persoalan tersebut? Dari latar belakang itulah maka penulis akan mencoba membahas mengenai apa yang dimaksud dengan hermeunitik dan apa manfaat kita memelajari hermeneutik dalam kehidupan ini.

Pengertian
Istilah hermeneuitk merupakan salah satu istilah yang berasal dari bahasa Yunani. Kata hermeneuitk sendiri berasal dari kata “hermeneuein” atau “hermenia (KB)” yang diartikan sebagai  “menafsirkan” atau “penafsiran”. Menurut E. Sumaryono dalam bukunya “Hermeneuitk” mengatakan bahwa hermeneuitk sendiri berarti studi tentang teori interpretasi, dan dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan praktek penafsiran (Sumaryono, 1999:23). Dalam istilah lain Hermeneuitka[1] (pengucapan Inggris/tɨks hɜrmənju) adalah studi tentang teori interpretasi, dan dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan praktek penafsiran. Hermeneuitka Tradisional - yang meliputi hermeneuitka Alkitab - mengacu pada studi tentang interpretasi teks tertulis, terutama teks dalam bidang sastra, agama dan hukum. Sedangkan dalam kontemporer atau modern hermeneuitka tidak hanya meliputi masalah yang melibatkan teks tertulis, tetapi segala sesuatu dalam proses interpretasi. Ini termasuk bentuk verbal dan nonverbal komunikasi serta aspek sebelumnya yang mempengaruhi komunikasi, seperti prasangka, pre-understandings, makna filsafat bahasa, dan semiotika. Hal ini mengandung pengertian bahwa istilah hermeneuitk sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara pandang kita terhadap segala sesuatu. Cara pandang masing-masing individu berbeda-beda, hal ini mengharuskan adanya suatu ilmu yang dapat mewadahi dan memberi suatu acuan mengenai bagaimana cara menginterpretasi sesuatu agar esensi yang ada pada hal tersebut tidak hilang. Oleh karena itu munculah konsep mengenai hermeneuitk.
Menafsirkan sesuatu berhubungan dengan proses perubahan. Perubahan yang tadinya belum mengerti menjadi mengerti. Hal ini juga dikemukakan oleh Richard E. Palmer[2] yang menyatakan bahwa istilah hermeneuitk pada akhirnya dapat diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Perubahan tersebut yang mendasari adanya suatu perbedaan yang muncul di setiap individu. Ketika terjadi suatu hal yang memungkinkan kita untuk melakukan suatu perubahan, di situ akan muncul suatu reaksi dan interpretasi dari pikiran kita. Setiap reaksi dan interpretasi yang muncul dalam pikiran kita, belum tentu akan sama dengan reaksi dan interpretasi dari orang lain walaupun kasus yang terjadi sama. Contohnya, ketika dosen laki-laki kita masuk ke kelas dengan memakai baju batik berwarna pink, pasti akan langsung muncul suatu reaksi dalam diri kita baik itu reaksi secara fisik maupun secara mental. Setiap mahasiswa yang ada dalam kelas tersebut masing-masing berbeda cara reaksinya, ada yang tertawa terbahak, ada yang hanya tersenyum, ada yang sampai mengacungkan jari telunjuknya sambil tertawa sampai menangis, dan sebagainya inilah yang disebut reaksi secara fisik. Akan tetapi bersamaan dengan itu muncul pula suatu interpretasi dalam pikiran masing-masing, ada yang berpikir bahwa dosen tersebut seperti banci, dan ada juga yang berpikir bahwa dosen tersebut tidak memunyai baju ganti, inilah yang disebut sebagai reaksi mental.
Dari contoh tersebut membuktikan bahwa masing-masing pemikiran manusia itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya walaupun kasus yang dihadapai sama. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Aristoteles dalam Peri Hermeneias atau Interpretatione[3], ia menyatakan bahwa tidak ada satu manusiapun yang memunyai kesamaan dengan manusia lain baik dalam bahasa lisan atau tulisan. Hal ini memberikan suatu pengertian kepada kita bahwa kita sangat perlu untuk memahami apakah hermeneuitk itu agar kita bisa menyadari setiap perbedaan yang terjadi, dari hal itulah maka diharapkan kita bisa menetralisir keadaan-keadaan yang ditimbulkan dari adanya perbedaan tersebut.

Cara Kerja Hermeneuitk
            Hermeneuitk merupakan suatu ilmu filsafat yang mana setiap ilmu pasti memunyai cara kerja masing-masing. Sebelum membahas mengenai cara kerja dari hermeneuitk terlebih dahulu penulis akan menguraikan mengenai mengapa hermeneuitk itu muncul.
Pada dasarnya setiap objek yang ada itu netral, hanya saja objek tersebut akan menjadi bernilai karena adanya suatu subjek. Subjek disini berperan sebagai sesuatu yang memberi makna terhadap objek tersebut. Objek tidak akan berubah jika tidak ada subjek. Husserl[4] menyatakan bahwa objek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama, karena pada awalanya objek itu bersifat netral. Maka, subjek sangat berperan dalam munculnya suatu makna. Dari situlah maka mulai muncul suatu ilmu tentang penafsiran akan segala sesuatu yang disebut dengan istilah hermeneuitk. Hal inilah yang menyebabkan munculnya suatu pertanyaan dalam pikiran penulis, sebenarnya, bagaimanakah cara kerja dari hermeneuitk itu sendiri?
Pada dasarnya apabila kita sedang melakukan suatu interpretasi pada sesuatu, tentunya disitu harus didukung oleh adanya syarat yang harus dipenuhi. Ada dua syarat yang harus terpenuhi sebelum orang tersebut melakukan suatu interpretasi. Syarat tersebut ialah syarat secara fisik dan syarat secara non fisik. Syarat fisik yang harus kita penuhi adalah adanya landasan indera yang baik. Pada dasarnya apabila kita melakukan suatu interpretasi disitu membutuhkan alat indera; mata, hidung, telinga, pikiran/otak, dan alat-alat indera yang lain. Contohnya ketika kita melihat suatu objek, disitu kita membutuhkan mata yang baik, dan seterusnya. Syarat yang kedua ialah kita harus terlebih dahulu memunyai pengertian dan pemahaman akan sesuatu yang ingin kita beri interpretasi. Sebenarnya sebelum seseorang melakukan suatu interpretasi terhadap sesuatu, sebelumnya orang tersebut harus benar-benar mengerti dan memahami dengan sesuatu yang ingin di interpretasi tersebut. Apabila kita belum mengerti sekaligus memahami maka yang terjadi adalah interpretasi tidak akan jalan. Mengerti, memahami, dan interpretasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila kita melakukan interpretasi disitu juga proses mengerti dan memahami berjalan. Hal ini juga dikemukakan oleh E. Sumaryono dalam bukunya Hermeneutik ia menyatakan sebagai berikut:

“Untuk dapat membuat interpretasi, orang lebih dahulu harus mengerti atau memahami. Namun, keadaan ‘lebih dahulu mengerti’ ini bukan didasarkan atas penemuan waktu, melainkan bersifat alamiah. Sebab, menurut kenyataannya, bila seseorang mengerti, ia sebenarnya telah melakukan interpretasi, dan juga sebaliknya. Keduanya bukan dua momen dalam satu proses. Mengerti dan interpretasi menimbulkan ‘lingkaran hermeneutik’.”
           
Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa hermeneutik merupakan suatu proses berpikir yang mana melibatkan dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik. Untuk dapat melakukan hermeneutik kita terlebih dahulu harus mengerti dan memahami objek yang akan kita beri interpretasi. Proses mengerti sendiri merupakan proses pikiran yang sangat rumit. Sebelum timbul suatu pengertian terlebih dahulu kita harus melakukan pengamatan, penafsiran, dan juga evaluasi. Untuk bisa mengamati, melakukan penafsiran, dan evaluasi yang sesuai dengan yang diharapkan terlebih dahulu kita harus memunyai suatu pengetahuan yang benar (correct). Dengan kata lain untuk dapat melakukan suatu interpretasi yang benar kita harus memunyai pengetahuan yang benar pula.
Proses mengerti disini merupakan proses yang terjadi secara alamiah, bukan paksaan, tekanan, dan sebagainya. Orang yang dapat mengerti secara alamiah akan menghasilkan suatu pemahaman yang lebih baik dari pada orang yang mengerti secara paksaan. Contohnya, apabila kita dihadapkan pada suatu masalah hidup, misalnya kita bertemu dengan seseorang yang baru kita kenal, apabila kita paksakan diri kita untuk mengerti orang tersebut dalam jangka waktu misalnya dalam dua hari, maka yang terjadi adalah kita hanya sekedar mengerti dari luarnya saja. Akan tetapi itu akan berbeda jika kita mengerti secara alami, yaitu kita hidup bersamanya dalam jangka waktu yang lama kita bukan hanya mengerti luarnya saja tetapi juga termasuk dalamnya. Begitu juga dengan proses hermeneutik, apabila kita ingin melakukan interpretasi yang baik kita harus benar-benar mengerti dan memahami terlebih dahulu secara keseluruhan.

Penerapan Hermeneuitk
            Dalam hidup ini, hermeneutik sangat kita butuhkan. Bukan hanya dalam konteks ilmu pendidikan saja melainkan pada ilmu-ilmu yang lain. Politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya tidak lepas dari hermeneutik. Proses hermeneutik sangat berperan dalam perubahan hidup kita. Misalkan dari bidang ekonomi, apabila kita tidak berani melakukan suatu interpretasi terhadap sesuatu maka yang terjadi adalah kita hanya akan statis disitu dan tidak mungkin untuk dapat maju dan berkembang. Ini yang mengakibatkan kita akan tersaingi oleh orang lain dan kita akan semakin terpuruk dalam ekonomi kita. Sepertihalnya penjual bakso, apabila ia tidak berani melakukan suatu interpretasi terhadap bakso-bakso yang sudah ada dan ia hanya ikut-ikutan saja dan tidak ingin tampil beda maka yang terjadi adalah ia hanya akan seperti yang lain atau bahkan lebih parah karena ia tidak memunyai pelanggan. Begitu juga dengan dunia yang lainnya. Oleh karena itu hermeneutik sangat apenting dalam hidup ini.
Selain itu, hermeneutik juga bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita hidup tidak lepas dari interpretasi, karena hidup tanpa suatu interpretasi maka hidup kita akan kering. Sepertihalnya kita yang tidak berani melakukan interpretasi terhadap segala sesuatu, kita hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Akan tertapi apabila kita berani melakukan suatu interpretasi terhadap apapun yang ada dihadapan kita, maka kita akan menjadi orang yang sukses dan terpandang. Contohnya para filsuf-filsuf yang ada di dunia ini, seperti Aristoteles, Plato, Buddhaghosa, Nagarjuna, mereka menjadi terkenal, hidup penuh arti, dan sebagainya karena mereka berani mekukan interpretasi terhadap segala sesuatu.
Dalam pembahasan ini ada dua hal yang harus ada ketika kita ingin menerapkan ilmu tentang interpretasi (hermeneutik) yaitu adanya ketepatan pemahaman dan ketepatan penjabaran (Sumaryono, 1999: 29). Ketepatan pemahaman dan penjabaran yaitu ketepatan dalam kita memahami dan menjabarkan sesuatu, apabila kita dapat memahami dan menjabarkan suatu hal dan pemahaman juga penjabaran kita dapat diterima oleh orang lain, pemahaman dan penjabaran kita logis, dan bermanfaat bagi orang lain maka kita sudah dianggap sebagai orang yang mampu memahami dan menjabarkan dengan baik dan benar. Setelah kedua hal tersebut dapat kita penuhi maka kita dapat pula menerapkan ilmu hermeneutik dalam segala aspek kehidupan ini.

Kesimpulan
            Hermeneutik merupakan sebuah ilmu filsafat yang berarti studi tentang teori interpretasi, dan dapat berupa seni interpretasi, atau teori dan praktek penafsiran. Untuk dapat membuat interpretasi, orang lebih dahulu harus mengerti atau memahami. Adanya ketepatan pemahaman, pengertian, dan ketepatan penjabaran, akan dapat membuat kita bisa melakukan suatu interpretasi yang benar. Ilmu tersebut dapat kita terapkan dalam berbagai aspek kehiduapan ini seperti aspek ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dan sebagainya. Apabila kita bisa menyelami ilmu tentang penafsiran maka kita akan bisa hidup kritis dan selalu aktif dalam menjalani kehidupan ini tanapa adanya suatu keruwetan yanf dapat membuat kita terjerumus kehal-hal yang negatif seperti salah persepsi yang mengakibatkan terjadinya suatu konflik, peperangan, saling bersitegang, dan sebagainya.

Referensi
Sumaryono, E. 1999. “Hermeneuitk; sebuah Metode Filsafat”. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
http://en.wikipedia.org/wiki/Hermeneutics. diakses selasa, 20 April 2010.




[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Hermeneutics

[2] Dalam buku “Hermeneuitk”  sebuah metode filsafat” karya E. Sumaryono tahun 1999 hal. 24.
[3] De Interpretatione, I.16a. 5
[4] E. Sumaryono, 1999. “Hermeneuitk; sebuah metode filsafat”. Hal. 30.

No comments:

Post a Comment

Cerah Sedetik

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”