Friday, 21 April 2017

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”


FPC. Surat Kartini. shutterstock.com
Pertama membaca judul di atas tentunya kita bertanya-tanya maksud dari pernyataan Raden Ajeng Kartini tentang agama Buddha. Pertanyaan kita tentunya wajar mengingat sedikitnya refrensi yang menjelaskan seorang Kartini yang mengenal agama Buddha. Dalam kesempatan ini saya sangat beruntung menemukan satu refrensi yang menjelaskan pengenalan seorang Kartini dalam mengenal agama Buddha dan saya mencoba mengulasnya untuk anda. Semoga dalam momen perayaan kartini 2017 ini dapat memaknainya dengan pengetahuan baru tentang Kartini.

Monday, 26 December 2016

HARVARD MEMBUKA KURSUS AGAMA BUDDHA GRATIS SECARA ONLINE!


Cover photo: Buddhist monks meditate at the yard of Borobudur temple, built between 750 and 842 AD, June 1, 2007 in Magelang, Central Java province, Indonesia.  (Photo by Dimas Ardian/Getty Images)

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang Buddhisme, tetapi menginginkan cara yang mudah dan sumber yang terpercaya, Anda sedang beruntung. Harvard University membuat kursus agama Buddha secara online secara gratis. 

Kursus yang bertema “Buddhism Through Its Scriptures” ini dibimbing oleh Profesor Charles Hallisey dari Harvard Divinity School, yang juga Dosen Senior Yehan Numata bidang Kesusastraan Buddhis. Bukunya yang terbit tahun 2015 menyoroti tentang Therigatha, syair-syair oleh para sesepuh wanita Buddhis pertama.

Kursus pengantar dimaksudkan untuk pemula dan tingkat lanjut seperti praktisi yang lebih berpengalaman. Materinya seperti menjalani hidup sesuai ajaran Buddha, bacaan yang dipilih dan praktek. Seni dan renungan tindakan juga dibahas. 

Kursus ini dirancang untuk mengambil 4 minggu, 6-10 jam per minggu nya.

Profesor Hallisey tertarik dalam menyediakan pelayanan umum "berbagai latar belakang" untuk " berinteraksi secara konstruktif di sekitar topik yang sering memecah belah kita". Filosofinya adalah untuk tidak memberi "hak" penafsiran kitab Buddha melainkan untuk menjaga dan menumbuhkan keterbukaan pikiran, memungkinkan untuk perspektif yang berbeda, dimana Buddha sendiri sering menyampaikan dalam kitab agama Buddha yang ada. 

“Sebaliknya, kita akan mengeksplorasi apa yang menimbulkan beragam interpretasi tersebut, dan bagaimana selama berabad-abad Buddhis sendiri telah mengantisipasi beragam interpretasi dan aplikasi dari kepustakaan Buddhis,” jelasnya. “Singkatnya, eksplorasi kita akan difokuskan pada usaha untuk lebih memahami beragam perspektif daripada memperdebatkan mana yang ‘kredibel’.”

Salah satu dari 11 orang dari tim pengajar kursus Agama Buddha secara online tersebut, adalah seorang bhikkhu cendekiawan asal Bangladesh yaitu Y.M. Upali Sramon, yang pernah menjadi mahasiswa di Harvard Divinity School dan mendapat gelar Master of Divinity (M.Div) bulan Mei lalu.

Dengan adanya kursus Agama Buddha secara online ini membuktikan bahwa dari sisi positif, sains dan teknologi dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mempermudah hidup dalam hal ini dalam bidang pendidikan dengan merapatkan jarak antara pengajar dengan siswanya, sekaligus menyebarkan pengetahuan agama.

Siap untuk memulai perjalanan Anda ke Buddhisme? 


Monday, 19 December 2016

MENJINAKKAN PENDERITAAN


Sothi hotu,…

Jika kita diminta memilih antara penderitaan dan kebahagiaan apakah ada yang memilih untuk menderita? Pastinya anda memilih untuk bahagya. Di jaman sekerang diistilahkan “hidup kaya raya, punya pasangan bintang korea, dan mati masuk surga. Pilihan ini memang sangat mudah untuk anda jawab tapi sangat sulit untuk anda memahaminya. Sangat sedikit yang memahami penderitaan dan kebahagiaan adalah dua hal yang sebenarnya keadaan yang harus bisa kita taklukan. Untuk menaklukan penderitaan kita juga harus menaklukan kebahagiaan, dan YM. Ajahn Chah menjelaskan cara untuk menaklukan dua hal ini.

Cerah Sedetik

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”