Wednesday 21 October 2015

Materi Dhammadesana tema Menyikapi hinaan dan pujian



Oleh                :  Sayudi
Hari/tanggal    : Sabtu, 4 Desember 2010
Tempat            : Rmh. Ibu Saikem, Wonodadi
Tema               : Menyikapi Hinaan Dan Pujian
Sumber            : Brahmajala Sutta

Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa 3x
Namo Buddhaya
Bapak, ibu saudara-saudari se-Dhamma yang berbahagia, kita sebagai umat Buddha yang tergolong minoritas di Indonesia perlu memiliki pemikiran bijak untuk menyikapi tekanan dari umat lain seperti hinaan ataupun kritikan pedas. Kita saja yang mengerti Dhamma terkadang masih suka menghina kekurangan orang lain, jadi wajar saja jika umat agama lain menghina kita. Contoh, agama Buddha disebut pesimis dengan konsep penderitaannya, menyembah berhala dsb. Terkadang kita bisa memakluminya tetapi juga kadang takuasa menahan emosi. Dari latar belakang itu, harus bagaimanakah sikap yang paling bijak untuk menanggapi hinaan?

Selain hinaan, kita sesama umat Buddha sering dengan keyakinan kita yang menggebu-gebu memuji-muji dan membela mati-matian agama Buddha. Pujian itu kadang juga berasal dari umat agama lain yang menganggap agama kita penuh kedamaian, tentram dsb. Dari pujian-pujian itu, sikap seperti apa yang harus kita lakukan?
Dari kedua latar belakang masalah diatas, kita harus menyikapi hinaan dan pujian dengan bijaksana. Maksud bijaksana di sini adalah, tidak emosi jika ada orang menghina kita dan tidak langsung bangga pada pujian oarang lain sebelum kita tau alasannya. Alasan itu akan membawa pemikiran kita kearah tindakan koreksi diri......................................
Dalam brahmajala sutta dikisahkan ketika Sang Bhagava sedang berjalan di jalan antara kota Rajagaha dan Nalanda, diikuti oleh 500 orang Bhikkhu. Pada saat itu pula Suppiya paribbājaka bersama muridnya seorang pemuda bernama Brahmadatta sedang dalam perjalanan antara Rajagaha dan Nalanda. Ketika itu Suppiya paribbajaka mengucapkan bermacam kata-kata yang merendahkan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Tetapi sebaliknya muridnya Brahmadatta memuji Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Demikianlah antara guru dan murid masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, sambil berjalan mengikuti rombongan Sang Bhagava.
Kemudian Sang Buddha mengetahui perdebatan itu, sehingga sang buddha menjelaskan: “bilamana orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan Saya, Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal itu kamu membenci, dendam atau memusuhinya. Bilamana karena hal tersebut kalian marah atau merasa tersinggung, maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian, dan mengakibatkan kalian marah dan tidak senang. Apakah kalian dapat merenungkan ucapan mereka itu baik atau buruk ?”
 “Tetapi bilamana ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan saya, Dhamma dan Sangha, maka kalian harus menyatakan mana yang salah dan menunjukkan kesalahannya dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini tidak benar, atau itu bukan begitu, hal demikian tidak ada pada kami, dan bukan kami”.
“bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal tersebut kamu merasa bangga, gembira dan bersukacita. Bila kamu bersikap demikian maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian. Bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, maka kamu harus menyatakan apa yang benar dan menunjukkan faktanya dengan mengatakan bahwa, ‘berdasarkan hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian ada pada kami, dan benar pada kami’  “.
 ............................................dst.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Namo Buddhaya.


Catatan: ini hanyalah contoh materi Dhamma sesana sebagai gambaran saat kita akan berlatih ceramah Dhamma

No comments:

Post a Comment

Cerah Sedetik

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”