Tuesday, 14 April 2015

INSPIRASI HIDUP DARI BHIKKHU AJHN BRHAM

Sukhihotu,
Kali ini saya akan berbagi sebuah renungan tentang sesuatu yang sederhana tapi bisa membuat masalah besar atau bisa menjadi kunci pencerahan. Sesuatu yang sederhana ini tergambar dari pengamatan saya pribadi ketika saya sering berceramah dan sharing di LAPAS. Ketika kita berceramah kita dituntut harus tahu kondisi umat di tempat kita barada saat itu. Dari pengamatan saya di LAPAS, ada sesuatu yang berbeda tapi sama dengan kehidupan di masyarakat bebas. Sesuatu yang berbeda tapi sama itu adalah cara kita menghadapi perasaan depresi ketika menghadapi masalah. Saya menemukan korelasi antara inspirasi hidup dari pengamatan saya pribadi dengan pencerahan yang diberikan Bhikkhu Ajhn Brham, berikut ini saya bagikan inspirasi hidup yang bisa kita praktekan sendiri atau kita bagi ke orang lain.

Ini Pun Akan Berlalu (Ajahn Brahm)

Salah satu pengajaran tak ternilai yang dapat membantu mengatasi depresi, adalah juga salah satu yang paling sederhana, mudah untuk disalahpahami. Hanya jika kita akhirnya sudah terbebas dari depresi, barulah kita boleh menyatakan diri sudah betul-betul memahami cerita berikut ini.


Seorang narapidana baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan; jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih; suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang ditutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yang sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya, dia melihat sebuah kalimat yang tergores di sana: INI PUN AKAN BERLALU.

Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betapa beratnya, dia akan menatap tulisan itu dan mengingatnya: ini pun akan berlalu. Pada hari dia dibebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata itu. Waktunya telah terpenuhi; penjara pun telah berlalu.

Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas untuk ditaruh di samping tempat tidurnya, di mobil, dan di tempat kerja. Bahkan saat dia mengalami hal-hal yang buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat “ini pun akan berlalu”, dan terus berjuang. Saat-saat yang buruk pun tidak memerlukan waktu lama untuk berlalu. Lalu ketika saat-saat yang menyenangkan tiba, dia menikmatinya, tetapi tanpa terlalu sembrono. Sekali lagi dia akan mengingat, “ini pun akan berlalu”, dan terus lanjut bekerja, tanpa menggampangkan hal yang menyenangkan itu. Saat-saat yang indah biasanya juga tak akan bertahan lama-lama.

Bahkan ketika dia menderita kanker, “ini pun akan berlalu” telah memberinya pengharapan. Pengharapan memberinya kekuatan dan sikap positif yang mengalahkan penyakitnya. Suatu hari, dokter spesialis memastikan bahwa “kanker pun telah berlalu”.

Pada hari-hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikkan kepada orang-orang yang dicintainya, “ini pun akan berlalu,” dan dengan enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa “kesedihan pun akan berlalu”.

Depresi adalah sebuah penjara yang sering dialami oleh kita-kita ini. “ini pun akan berlalu” membantu melecut semangat kita; juga menghindarkan salah satu penyebab depresi hebat, yaitu tidak mensyukuri saat-saat bahagia.

Apa pendapat anda?

Semoga terinspirasi!

No comments:

Post a Comment

Cerah Sedetik

RA. KARTINI: “SAYA ADALAH ANAK BUDDHA”